BicaraIndonesia.id, Surabaya – Kelompok Tani (Poktan) di Kelurahan Sukolilo Baru, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya, berhasil mencatat hasil membanggakan dalam panen raya padi serentak yang digelar pada Senin (7/4/2025).
Hasil panen mencapai 8,8 ton per hektar, melampaui rata-rata produksi nasional yang berada di kisaran 6-8 ton per hektar.
Panen raya ini merupakan bagian dari agenda nasional yang berlangsung serentak di 14 provinsi, serta dihadiri Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto secara daring dari Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Dalam kesempatan itu, Komandan Kodim 0830/Surabaya, Kolonel Inf Didin Nasruddin Darsono mengatakan, panen raya kali ini merupakan agenda nasional yang dilaksanakan serentak di seluruh kabupaten/kota se-Indonesia.
“Di hamparan sini totalnya 78 hektar, untuk hari ini yang panen di lahan 2 hektar. Karena lahan di sini tidak bisa ditanami secara bersamaan, dan sudah ada yang sudah dipanen dan sekarang tinggal yang 2 hektar,” kata Didin Nasruddin.
Ia menjelaskan bahwa proses tanam dan panen di wilayah tersebut akan dilakukan secara berkala, dengan pendampingan dari jajaran TNI/Polri dan Pemkot Surabaya. Hasil panen dilaporkan berjenjang ke Kementerian Pertanian (Kementan) sebagai bagian dari upaya mendukung ketahanan pangan nasional.
“Sehingga secara nasional bisa mengetahui daerah-daerah mana yang akan dipanen, kemudian hasilnya berapa, dan itu nanti menjadi data. Sehingga kita bisa mewujudkan swasembada pangan nasional seperti yang ditentukan oleh presiden,” jelasnya.
Kodim 0830/Surabaya juga turut mendukung petani melalui penyediaan alat mesin pertanian (alsintan). Untuk saat ini, tersedia dua unit traktor yang digunakan untuk membantu pengolahan lahan oleh petani.
“Untuk yang lain-lain sementara masih proses dari dinas pertanian (DKPP) untuk pengusulan masalah irigasi, kemudian bibitnya dan segala macam. Seperti yang disampaikan oleh Kepala DKPP, bahwa irigasi yang ada di sini adalah bukan primer, tersier, ataupun sekunder, namun hanya memanfaatkan limbah dari rumah tangga. Karena sebelumnya sudah pernah dilakukan pengeboran air namun airnya asin, nah kalau asin kan tidak bisa digunakan untuk mengairi sawah, nanti sawahnya malah mati,” terangnya.
Di waktu yang sama, Kepala DKPP Surabaya, Antiek Sugiharti mengungkapkan bahwa hasil panen yang mencapai 8,8 ton per hektar ini tergolong tinggi. Bahkan, ada satu lahan lainnya yang hasil panennya mencapai 13 ton per hektar.
“Kalau produksi rata-rata secara nasional itu kan sekitar 6-8 ton, jadi kita 8,8 itu sudah cukup tinggi. Bahkan satu lahan yang lain juga cukup tinggi hasilnya sekitar 13 ton per hektar, di kota besar dengan situasi seperti ini sudah cukup bagus produksinya,” kata Antiek.
Padi yang ditanam adalah jenis Ciherang yang cocok untuk kondisi lahan tanpa irigasi primer. “Artinya, dengan kondisi seperti itu dengan hasil panen padi sebanyak 8,8 ton per hektar sudah cukup bagus,” ujarnya.
Saat ini, total lahan pertanian di Kota Surabaya tersisa sekitar 843 hektar, yang mayoritas merupakan lahan milik swasta yang belum dibangun. Oleh karena itu, Pemkot Surabaya berupaya memanfaatkan lahan tersebut semaksimal mungkin untuk budidaya pangan.
“Sehingga itu kita manfaatkan untuk budidaya pertanian, seperti saat ini lahan yang digunakan adalah milik TNI yang kita optimalkan untuk ketahanan pangan. Sedangkan di sini dikelola oleh dua poktan,” jelas Antiek.
Ia menambahkan bahwa hasil panen raya kali ini langsung dijual ke Bulog dengan harga Rp6.500 per kilogram.
“Produksinya ini normal 3 bulan sudah panen. Ini nanti ada yang langsung dibeli hasilnya oleh Bulog, sesuai ketentuan Rp6.500 ya,” pungkasnya. (*/Pr/C1)