Bicaraindonesia.id – Jam menunjukkan pukul 09.00 WIB. Suasana di Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) Sumur Welut, Lakarsantri Surabaya terdengar riuh gembira. Belasan warga tampak bersama anak-anak mereka tengah berkumpul di Lantai I Tower B Rusunawa, Sabtu (10/12/2022).
Mereka berkumpul untuk menyambut kedatangan Ketua TP PKK Kota Surabaya, Rini Indriyani. Hari itu memang sedang ada kegiatan penyerahan bantuan dari PT Jasa Marga.
Ada bantuan alat masak, kursi, rombong, lemari hingga kebutuhan sekolah untuk anak-anak. Dan penerimanya adalah eks warga penghuni Kolong Tol Dupak, Kampung 1001 Malam yang kini tinggal di Rusunawa Sumur Welut.
Satu diantara warga eks penghuni Kolong Tol Dupak, Kampung 1001 Malam adalah Iin Indriani. Perempuan kelahiran 1988 ini baru saja melahirkan dua anak kembar. Tepatnya sekitar dua pekan yang lalu.
Ia mengaku kehidupannya kini lebih layak dibanding saat tinggal bersama suami dan anak-anaknya di Kolong Tol Dupak, Kampung 1001 Malam.
“Alhamdulillah lebih baik (tinggal) ten mriki (di Rusunawa), mpun mboten (sudah tidak) di jalan, mengamen. Pak Wali (Eri Cahyadi) juga menepati janji dikasih rusun, bapak (suami) dikasih pekerjaan supaya tidak di jalan lagi,” kata Iin Indriani.
Bahkan, Iin mengaku, anak-anaknya sebelumnya tidak memiliki akta kelahiran. Sebab, baginya, untuk mencari makan saja susah, apalagi lagi memikirkan mengurus administrasi kependudukan (adminduk) bagi anak-anaknya.
Namun kini, Iin dan suaminya bisa tersenyum bahagia. Karena, pasca direlokasi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dari Kolong Tol Dupak, 1001 Malam pada Senin (17/10/2022), kehidupan keluarganya lebih layak dan tertata.
Bahkan, Iin bersyukur, pendidikan dan masa depan keempat anaknya lebih terjamin karena juga mendapatkan intervensi dari Pemkot Surabaya. Apalagi, kini suami Iin tak lagi mengamen di jalanan untuk mencari nafkah keluarga.
“Bapak (suami) sekarang ikut kerja di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya. Sebelumnya bapaknya mengamen kale kulo (sama saya), mbak e niki (anak pertama) kulo beto (saya ajak). Saat ini alhamdulillah sekali, (hidup) lebih enak, kan ken alit ten dalan (sejak kecil hidup di jalan),” kata Iin.
Awalnya, Iin mengaku takut saat akan direlokasi Pemkot Surabaya. Bahkan, ia bersama suaminya sempat berpikiran ingin kabur saat akan direlokasi. Namun, dia tak menyangka, lokasi baru yang akan ditempati rupanya jauh lebih layak dari tempat tinggal sebelumnya.
“Pas ten mriki mboten nyongko (pas tiba di Rusunawa tidak menyangka), gubuk kulo kyoko ngoten (rumah saya seperti itu kondisinya) angsal rusun apik (dapat rusunawa bagus),” tutur dia.
Ia mengaku, saat masih tinggal di Kolong Tol Dupak, Kampung 1001 Malam, tak pernah dipandang orang. Bahkan, Iin mengaku seringkali mendapat cibiran karena berasal dari keluarga tidak mampu yang tinggal di gubuk pinggiran sungai di bawah Jalan Tol Dupak.
“Dulu mboten (tidak) pernah dipandang tiyang (orang), sering dihina, karena mboten nggadah (keluarga tidak punya). Tapi sak niki (saat ini) Ya Allah Alhamdulillah, senang banget kulo (senang sekali saya). Mboten nyangka rasane (tidak menyangka rasanya), koyok (seperti) mimpi,” kata IIn sembari meneteskan air mata bahagia.
Tak lupa, Iin bersama suami juga mengucapkan terima kasih kepada Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi serta Kepala Dinas Sosial Surabaya, Anna Fajriatin. Sebab, keluarganya telah banyak diperhatikan dengan dibantu tempat tinggal yang layak dan bersih.
Bahkan, Iin sekarang tak lagi khawatir dengan kondisi kesehatan keempat anaknya. Sebab, saat masih tinggal di Kolong Tol Dupak, debu dan lingkungan yang kurang sehat setiap hari menghantui kesehatan anak-anak Iin.
“Terima kasih banyak buat Pak Wali Kota dan Bu Anna. Kulo matur suwun sanget (saya terima kasih banyak), bapak (suami) sampun (sudah) dikasih pekerjaan juga, dikasih rusun tempat tinggal seng (yang) layak,” tambahnya.
Selain Iin Indriani, senyum sumringah juga nampak dari wajah Surati. Ibu kelahiran tahun 1964 dengan tiga orang anak perempuan ini mengaku, kehidupannya sekarang lebih layak dan tertata. Itu pasca keluarganya direlokasi oleh Pemkot Surabaya dari Kolong Tol Dupak, Kampung 1001 Malam ke Rusunawa Sumur Welut.
“Selayak-layaknya tinggal di sini (Rusun). Di sini alhamdulillah mboten (tidak) kehujanan lagi, wonten kamare (ada kamar tidurnya), wonten (ada) kamar mandi, air pun sudah mengalir, dan listrik sudah ada,” kata Surati.
Awalnya, Surati bersama kedua anak perempuan yang tinggal bersamanya mengaku takut saat akan direlokasi oleh Pemkot Surabaya dari Kolong Tol Dupak, Kampung 1001 Malam. Ketakutan itu lantaran dia belum mengetahui pasti akan tinggal di mana selanjutnya.
“Anak saya tiga perempuan semua. Yang satu tinggal di Tambak Asri dan yang dua ikut tinggal dengan saya bantu-bantu jualan di sana (Kolong Tol Dupak). Sekarang dua anak perempuan saya tinggal di Rusun, dan dapat Rusun karena sudah KK sendiri-sendiri. Alhamdulillah, anak saya juga sekarang dikasih pekerjaan ikut Dinas Sosial dan DLH (Dinas Lingkungan Hidup),” tutur Surati.
Surati tak menyangka, keluarganya kini bisa tinggal di tempat yang lebih layak dan bersih. Selama 25 tahun lamanya, dia dan keluarganya tinggal di Kolong Tol Dupak, Kampung 1001 Malam dengan kondisi yang kumuh dan tidak layak.
“Matur suwun kaleh (terima kasih) bapak wali kota saget (bisa) menjunjung derajat kita-kita ini. Anak-anak kita juga diajak kerja di dinas, matur suwun sanget (terima kasih banyak), semoga Bapak Wali Kota dan keluarganya sehat-sehat selalu,” katanya.
Kehidupan Warga eks Penghuni Kolong Tol Dupak Kampung 1001 Malam Lebih Tertata
Kehidupan warga eks penghuni Kolong Tol Dupak, Kampung 1001 malam yang kini tinggal di Rusunawa Sumur Welut, Kecamatan Lakarsantri, Surabaya lebih tertata. Bahkan, intervensi maupun bantuan dari sejumlah pihak terus mengalir kepada warga eks penghuni Kolong Tol Dupak, Kampung 1001 malam yang telah direlokasi ke Rusunawa Sumur Welut.
Ketua TP PKK Kota Surabaya, Rini Indriyani mengungkapkan, warga eks penghuni Kolong Tol Dupak Kampung 1001 Malam mengucapkan terima kasih kepada Pemkot Surabaya. Sebab, kehidupan mereka sekarang lebih tertata dengan tinggal di lingkungan yang bersih dan layak.
“Alhamdulilah mereka sekarang lebih tertata hidupnya. Jadi tidak keleran, lebih bersih lagi,” kata Rini Indriyani usai menyerahkan bantuan dari PT Jasa Marga sekaligus berbincang langsung dengan mereka di Rusunawa Sumur Welut Surabaya, Sabtu (10/12/2022).
Di samping tinggal di lingkungan yang bersih dan layak, Rini Indriyani juga memastikan, pendidikan anak-anak dari keluarga eks penghuni Kampung 1001 malam tak luput dari atensi Pemkot Surabaya. Ia menginginkan agar anak-anak mereka dapat mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang sekolahnya.
“Saya melihat banyak anak-anak kecil, usianya balita hampir merata. Saya berharap anak-anak ini bisa sekolah di PAUD, SD, SMP sesuai dengan jenjang sekolahnya. Harapannya anak-anak ini harus lebih baik dari orang tuanya dan mendapatkan pendidikan yang sesuai,” tutur Bunda Rini, panggilan lekatnya.
Bunda PAUD Kota Surabaya itu meyakini, dengan tinggal di lingkungan yang baru, baik secara sosial, pendidikan maupun kesehatan, kehidupan dan masa depan mereka akan lebih baik.
“Semua rata-rata merasakan bahwa lebih enak tinggal di sini (Rusunawa Sumur Welut). Karena memang waktu awal dipindahkan banyak yang menolak, tidak mau. Ketika dibawa ke sini dan diberikan tempat yang layak, pekerjaan yang cukup, itu alhamdulilah (hidup) mereka lebih baik lagi,” katanya.
Di sisi lain, Bunda Rini juga meminta kepada Puskesmas, PKK dan kelurahan setempat untuk aktif memantau dan memeriksa kesehatan anak-anak warga eks penghuni Kolong Tol Dupak, Kampung 1001 Malam. Terutama, kepada balita kembar yang baru lahir sekitar dua minggu yang lalu.
“Harapan kami dia jangan sampai stunting. Saya minta ada intervensi yang masif untuk bayi kembar ini agar tidak menjadi stunting. Ibunya juga dikasih susu dan makanan yang bergizi. Saya pun akan memantau bagaimana perkembangan dua anak ini,” imbuhnya.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, Anna Fajriatin menjelaskan, bahwa bantuan terus mengalir kepada warga eks penghuni Kolong Tol Dupak, Kampung 1001 Malam. Sebanyak 16 KK dengan total sekitar 40 jiwa sekarang ini hidup lebih layak di Rusunawa Sumur Welut Surabaya.
“Sebetulnya bantuan-bantuan ini sudah secara bergiliran. Ada dari Pemkot Surabaya, ada dari Ibu Gubernur dan saat saat ini ada dari PT Jasa Marga. Semuanya diperuntukkan untuk 16 KK yang kita relokasi dari Kampung 1001 Malam,” kata Anna.
Menurut Anna, sebelum menyalurkan bantuan, pihaknya akan berkoordinasi dahulu dengan instansi terkait. Koordinasi ini untuk memastikan bahwa bantuan yang akan diberikan oleh instansi tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka sekarang.
“Ada bantuan almari, kursi, rak piring itu yang diberikan. Ada juga yang bentuknya rombong, harapannya itu kalau suaminya yang bekerja maka istrinya juga bisa mencari nafkah. Tidak harus (jualan) di rusun, rombong bisa dibawa mungkin jalan ke sekolah, kelurahan atau SWK (Sentra Wisata Kuliner),” terangnya.
Anna mengungkapkan, pada saat awal direlokasi, Pemkot Surabaya juga melakukan pendataan kepada 16 KK tersebut. Mulai dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang melakukan pendataan administrasi kependudukan (Adminduk) hingga Dinas Pendidikan (Dispendik) yang mendata berapa jumlah anak yang masih sekolah.
“Jadi mana warga belum punya akta, KK itu langsung diuruskan. Kemudian Dinas Pendidikan, ada yang sekolah PAUD atau SD itu langsung dipindahkan ke daerah yang dekat rusun. Sehingga kehidupan mereka secara keseharian tetap berjalan. Alhamdulillah 16 KK semuanya sudah masuk (tinggal) ke sini dan 16 KK ini juga diberikan pekerjaan oleh Pak Wali Kota,” pungkasnya. (SP/A1)