Bicaraindonesia.id, Jakarta – Kegiatan keantariksaan secara konsisten telah menunjang berbagai sektor di Indonesia. Di antaranya pemanfaatan teknologi satelit penginderaan jauh untuk pemantauan lahan pertanian, kelautan, perikanan, perkebunan, kehutanan, mitigasi bencana, dan sebagainya.
Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mego Pinandito, dalam diskusi bertajuk “Penyusunan Peta Jalan Keantariksaan Indonesia 2045” di Kantor BRIN, Jakarta Selatan, Kamis, 7 Maret 2024.
“Bahkan, masih banyak pemanfaatan teknologi keantariksaan lainnya, seperti sains antariksa/ atmosfer, satelit telekomunikasi, aeronautika, dan sebagainya,” kata Mego melalui siaran persnya di Jakarta, seperti dikutip pada Kamis 7 Maret 2024.
Namun di satu sisi, Mego menyebut bahwa arah kebijakan Indonesia masih memandang keantariksaan hanya sebagai support system, tidak sebagai sektor khusus.
“Hal tersebut berdampak pada lambatnya penguasaan dan pengembangan teknologi keantariksaan Indonesia. Sehingga, ketergantungan Indonesia ke negara lain masih tinggi,” kata Mego.
Untuk itu, pencapaian target visi pembangunan Indonesia Emas tahun 2045, harus direalisasikan dengan mempertimbangkan lingkungan strategis keantariksaan di masa mendatang.
Karenanya, forum diskusi ini bertujuan untuk memetakan kebutuhan teknologi atau pemanfaatan keantariksaan nasional dari hulu ke hilir. Juga, mengidentifikasi strategi dan tantangan dalam membangun teknologi keantariksaan di Indonesia.
Demikian pula bertujuan untuk membangun komitmen nasional terhadap pentingnya dan kontribusi sektor keantariksaan dalam pembangunan berkelanjutan.