Bicaraindonesia.id, Jember – Prestasi membanggakan ditorehkan oleh Dr. Ike Fibriani, S.T., M.T., dosen sekaligus peneliti dari Fakultas Teknik (FT) Universitas Jember (UNEJ). Ia berhasil mengangkat nama UNEJ di kancah internasional melalui riset inovatif di bidang pengenalan wajah.
Melansir laman resmi unej.ac.id, penelitian yang dilakukan Ike Fibriani berfokus pada pengembangan teknologi Kinship Recognition atau identifikasi hubungan keluarga menggunakan pendekatan mikroekspresi wajah.
Ia memadukan dua teknologi mutakhir, yakni Vision Transformer (ViT) dan Mamba dalam satu sistem hybrid bernama ViTMa.
“Penelitian saya berfokus pada mengidentifikasi hubungan keluarga (Kinship Recognition) melalui mikroekspresi pada wajah orang Indonesia,” ujar Ike Fibriani dikutip pada Kamis (10/4/2025).
Ia menjelaskan bahwa penelitian ini mengembangkan model baru yang menggabungkan dua teknologi canggih. Kedua teknologi ini adalah Vision Transformer (ViT) dan Mamba.
“Model hybrid ini bertujuan untuk meningkatkan akurasi dalam mengenali hubungan keluarga yang sebelumnya masih menjadi tantangan besar dalam penelitian pengenalan wajah dan belum ada riset sebelumnya korelasi antara kinship dan mikroekspresi,” ungkap dia.
Menurutnya, riset ini merupakan gebrakan baru dalam dunia teknologi pengenalan wajah. Sebab, belum pernah ada penelitian sebelumnya yang mengaitkan mikroekspresi dengan hubungan kekerabatan.
“Menurut saya, topik penelitian ini bisa dianggap sebagai inovasi pertama di dunia karena belum ada satu riset yang membahas korelasi antara kinship dan mikroekspresi,” katanya.
“Selain itu menggabungkan dua teknologi canggih ViT dan Mamba yang kemudian saya beri nama ViTMa, dalam satu model hybrid untuk kinship recognition yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Kombinasi ini memungkinkan secara efektif mendeteksi ekspresi wajah yang sangat halus,” imbuhnya.
Ketertarikan Ike Fibriani terhadap pengembangan teknologi pengenalan wajah dan penerapannya dalam konteks relasi keluarga, menjadi dasar kuat di balik riset ini.
Ia secara konsisten mengembangkan pendekatan berbasis mikroekspresi yang menyesuaikan dengan karakteristik wajah masyarakat Indonesia.
Melalui model ViTMa, Ike Fibriani menargetkan beberapa tujuan penting. Di antaranya adalah meningkatkan akurasi dalam mengenali hubungan kekerabatan berbasis mikroekspresi, menciptakan model hybrid yang inovatif, serta memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan teknologi pengenalan wajah yang relevan dengan nilai budaya lokal.
Meski ViTMa telah diakui sebagai inovasi pertama di dunia, Ike Fibriani tak berhenti berinovasi. Ia merancang pengembangan lanjutan dari riset tersebut agar lebih adaptif dan akurat di masa depan.
“Inovasi utama yang akan saya lakukan terhadap penelitian ini ialah meningkatkan kemampuan model dalam mendeteksi mikroekspresi dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi, memperluas dataset yang digunakan, mengintegrasikan model ini dengan teknologi pengenalan suara atau analisis teks, dan mengembangkan aplikasi praktis yang lebih luas,” jelasnya.
Tidak hanya berkontribusi dalam riset, Ike Fibriani juga aktif mendorong semangat inovasi di kalangan mahasiswa. Ia mengajak generasi muda untuk berani bereksperimen dan menggabungkan berbagai disiplin ilmu guna menjawab tantangan zaman.
“Mahasiswa itu harus pandai-pandai berinovasi di tengah maraknya perkembangan teknologi, mereka harus pandai mengikuti perkembangan teknologi terkini dan harus aktif mengikuti perkembangan terbaru,” tandasnya. ***
Editorial: B1