Bicaraindonesia.id – Aplikasi teknologi pertanian yang diberi nama “RiTx Bertani” besutan Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada (UGM), Bayu Dwi Apri Nugroho, berhasil meraih “Certificate of Merit” dalam ajang Asia Smart App Awards 2019 di Hong Kong, Kamis (20/6/2019).
Asia Smart App Awards merupakan ajang penghargaan yang diberikan oleh Hong Kong Wireless Technology Industry Association (WTIA) kepada para pelaku inovasi aplikasi unggulan di berbagai platform.
Aplikasi RiTx Bertani yang dikembangkan Bayu bersama dengan tim dari PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (MSMB) itu berhasl meraih penghargaan dalam kategori Public Sector Distinction.
Penghargaan kategori ini diberikan kepada pengembang dengan aplikasi yang memberikan solusi terhadap persoalan publik dan mampu memberikan dampak sosial bagi masyarakat luas.
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Bayu Dwi Apri Nugroho mengatakan, RiTx Bertani merupakan aplikasi berbasis android yang digunakan petani untuk melakukan pencatatan kegiatan bertani. Pencatatan kegiatan bertani ini penting untuk memastikan petani menerapkan Good Agricultural Practices (GAP).
GAP sendiri merupakan praktik budi daya tanaman yang baik, benar dan tepat, mulai dari persiapan sebelum masa tanam hingga penanganan produk pascapanen.
Penerapan GAP memastikan prinsip telusur-balik (traceability) terhadap produk hasil panen dapat tercapai. Hal ini menjamin keamanan produk hasil panen tersebut untuk dikonsumsi.
“Berbasis Internet of Things (IoT), RiTx Bertani juga terintegrasi dengan teknologi sensor tanah dan cuaca yang terpasang di lahan,” kata Bayu seperti dalam rilis, Jum’at (21/6/2019).
Melalui data yang terekam, petani akan langsung mendapatkan rekomendasi kegiatan bertani yang lebih presisi melalui aplikasi RiTx Bertani.
Bayu menyebutkan ketidaktahuan petani akan pentingnya menjaga kelestarian jangka panjang menjadi salah satu persoalan krusial di sektor pertanian. Petani sering kali menggunakan pupuk dan pestisida berlebihan dalam kegiatan bertani.
“Dengan pertanian cerdas seperti ini tentunya tak hanya membantu petani, namun juga memastikan kegiatan petani di lahan tidak merusak lingkungan,” ujar Bayu.
Aplikasi ini juga dilengkapi dengan chatbot pertanian dan smart speaker. Pengembangan aplikasi ini juga didukung empat kementerian, yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Komunikasi dan Informasi, serta Kementerian Desa dan PDT.