Bicaraindonesia.id – Abu hasil pembakaran Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton sangat melimpah. Setiap tahun produksi fly ash dan bottom ash (FABA) menembus 110 ribu ton atau rata-rata 350 ton per hari.
General Manager PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB), Agus Prasetyo Utomo mengatakan, kompleks PJB PLTU Paiton memang merupakan pembangkit terbesar di Indonesia, bahkan Kawasan Asia Tenggara saat ini.
PT PJB memiliki dua unit kerja. Meliputi Unit Pembangkitan Paiton sebagai pengelola PLTU Unit 1 dan Unit 2 serta UPT PJB Unit Bisnis Jasa O&M Paiton selaku pengelola PLTU Unit 9.
Kompleks ini menjadi tulang punggung dari sistem kelistrikan Jawa Bali terutama di sisi Timur dengan total kapasitas 4.700 megawatt
“Ini menjadi sangat strategis posisinya untuk mendukung kesiapan energi di sistem Jawa Bali,” kata Agus Prasetyo Utomo saat menyambut media visit, Jumat (4/2/2022).
Oleh karena itu, pemanfaatan FABA tengah menjadi konsen PJB Paiton maupun Perusahaan Listrik Negara (PLN). Karena material tersebut, memiliki banyak kegunaan. Apalagi, tidak lagi dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Keputusan itu, tertuang dalam aturan turunan Undang-Undang Cipta Kerja, yakni Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
“Kalau dulu memang fly ash masuk list limbah B3. Namun ternyata ada PP No 22 Tahun 2021 ini sudah mengeluarkan fly ash dan bottom ash dari daftar dan ini menjadi peluang bagi kita semua untuk memanfaatkan fly ash ini menjadi bermanfaat untuk khalayak luas,” terang Agus Prasetyo.
Agus juga menjelaskan, FABA adalah hasil proses produksi dalam mengubah energi primer batu bara menjadi energi listrik di sistem pembangkit.
“Setiap tahunnya kurang lebih sekitar 100-110 ribu ton kami hasilkan fly ash dan bottom ash. Jadi kurang lebih setiap harinya itu menghasilkan 350 an ton per harinya,” ungkapnya.
Secara internal maupun CSR, PJB menginisiasi beberapa program. Salah satunya bekerja sama dengan PLN Persero menjadikan fly ash sebagai Rumah FABA Lestari.
“Satu rumah ini kurang lebih bisa menyerap 40 ton. Saat ini kondisinya sangat melimpah. Jadi ini harapannya dengan adanya Rumah FABA Lestari bisa mengedukasi masyarakat bahwa FABA ini benar-benar aman,” katanya.
Supervisor Lingkungan PJB UBJOM PLTU Paiton, Abdul Aziz membenarkan hal tersebut. Dia mengatakan, salah satu hasil pemanfaatan material FABA adalah prototype bangunan Rumah Lestari. Hunian seluas 100 meter persegi Type 40 ini, berlokasi di Desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Mayoritas material bangunan menggunakan bata interlock, paving dan urukan berbahan dasar Fly Ash Bottom Ash. Dengan rincian, bahan pemadatan lahan uruk sekitar 8 ton. Lalu, 60 persen bata interlock berasal dari material FABA. Kemudian, paving block dan beton sloof. “Total pemanfaatan FABA di rumah ini sekitar 40 ton,” kata Abdul Aziz.
Penggunaan bata interlock pada Rumah Lestari, merupakan proyek percontohan karena belum banyak digunakan. Bahkan saat ini mesin cetak masih menggunakan jasa rekanan atau pihak ketiga. “Ini teknologi baru ya. Tidak seperti batako maupun paving,” tambahnya.
Oleh karena itu, Aziz menargetkan penyerapan manfaat FABA sebanyak mungkin. Fly Ash yang beterbangan dikumpulkan oleh alat bernama Electro Static Precipitator (ESP) agar tidak menjadi pencemar bagi lingkungan.
Dalam satu hari, PJB PLTU Paiton menghasilkan 300-400 ton FABA dengan perkiraan kemampuan produksi material harian bisa menyuplai bahan material untuk 10 unit rumah per hari apabila nanti dikomersilkan. “Jangka panjang nanti bisa diproduksi banyak dan dipasarkan,” kata dia.
Selama ini, FABA dikirim ke pabrik semen sebagai campuran dan ready mix used. Sedangkan pemanfaatan internal, untuk pembuatan batako.
“Saat ini masih terkendala investasi karena alatnya cukup mahal. Mungkin ke depan kita mau menggandeng UMKM atau BUMDes kita dorong untuk memanfaatkan ini sendiri,” ujar Aziz.
Aziz menerangkan, kelebihan rumah berbahan dasar material FABA antara lain tahan terhadap gempa. Kemudian, lebih efisien karena memangkas waktu proyek dan biaya.
Menariknya, Rumah Lestari PJB UBJOM Paiton berhasil meraih Juara II Lomba Desain Rumah Sehat Terjangkau dan Ramah Lingkungan pada tahun 2021. (HD1/A1)