BicaraIndonesia.id, Yordania – Kongres Global tentang Keamanan Kimia dan Ancaman yang muncul, resmi ditutup dengan serangkaian rekomendasi penting untuk meningkatkan respons dunia terhadap ancaman kimia yang kian kompleks.
Rapat pleno kelima ini digelar pada 5-8 Mei 2025 di Amman, Yordania, dan diikuti oleh 300 delegasi dari lebih dari 100 negara serta enam organisasi internasional.
Beberapa rekomendasi utama yang dihasilkan termasuk penguatan jaringan regional, pembangunan basis data kimia terpusat, hingga penguatan penanganan terhadap ancaman teknologi baru dan kecerdasan buatan (AI).
Presiden INTERPOL, Ahmed Naser Al-Raisi, menegaskan pentingnya kolaborasi global untuk mengatasi isu ini. Ia menyebut keamanan kimia bukan lagi isu lokal, melainkan tanggung jawab bersama seluruh dunia
“Kita harus berkomitmen untuk menumbuhkan budaya tanggung jawab bersama dan memperkuat kemitraan lintas batas, sektor, dan disiplin ilmu untuk menciptakan masa depan yang lebih aman dan terjamin bagi semua,” ujar Ahmed Naser Al-Raisi dalam pernyataan resmi dikutip Bicaraindonesia.id, pada Sabtu (17/5/2025).
Ancaman terhadap keamanan kimia kian meningkat seiring kemajuan teknologi. Akses terhadap bahan kimia berbahaya makin terbuka, sementara penyebarannya makin canggih. Teknologi AI disebut menjadi faktor baru yang berkontribusi besar dalam dinamika ini.
Dalam sesi diskusi, muncul kekhawatiran soal pemanfaatan AI oleh aktor non-negara. Mereka disebut telah menggunakan teknologi tersebut untuk membuat propaganda dan bahkan merancang serangan kimia.
Sintesis kimia secara otomatis dan potensi serangan siber terhadap fasilitas kimia menjadi tantangan baru yang serius.
Tak hanya itu, penyebaran senjata pemusnah massal oleh pihak non-negara juga makin mengkhawatirkan. Mereka memanfaatkan celah regulasi dan memperdagangkan bahan kimia berbahaya secara ilegal.
Adanya sistem tanpa awak seperti drone turut memperluas jangkauan serangan kimia yang mungkin terjadi.
Mayor Jenderal Al-Maaytah dari Direktorat Keamanan Publik Yordania pun menegaskan bahwa persoalan ini tidak bisa ditangani satu negara saja.
“Keamanan kimia tidak lagi hanya menjadi tanggung jawab nasional atau regional, tetapi menjadi prioritas global yang membutuhkan kerja sama signifikan antara pemerintah dan lembaga,” ujar Mayor Jenderal Al-Maaytah.
Kongres empat ini menekankan pentingnya sinergi global, termasuk kemitraan antara sektor publik dan swasta, serta pertukaran informasi yang aman dan cepat melalui platform global terpadu di bawah koordinasi INTERPOL.
Kegiatan ini merupakan bagian dari agenda tahunan yang pertama kali diluncurkan pada 2018. Kongres Global diselenggarakan bersama oleh INTERPOL, Global Affairs Canada, Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS (CISA), Badan Pengurangan Ancaman Pertahanan AS (DTRA), dan FBI. ***
Laporan: And
Source: Interpol