BicaraIndonesia.id, Surabaya – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Surabaya terus berkomitmen menjaga stabilitas harga dan ketersediaan stok pangan di Kota Pahlawan.
Langkah ini dilakukan melalui berbagai strategi, mulai dari pengawasan pasar hingga program pasar murah yang digelar rutin.
Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (BPSDA) Surabaya, Vykka Anggradevi Kusuma, mengungkapkan bahwa berdasarkan monitoring dan evaluasi (monev) Indeks Ketahanan Pangan (IKP) hingga Desember 2024, kondisi pangan di Surabaya terpantau sangat mencukupi dengan indeks 3,8.
“Dengan indeks sebesar 3,8 artinya kecukupan pangan di Kota Pahlawan mencukupi sampai dengan 3 bulan ke depan,” ujar Vykka dalam keterangan tertulisnya di Surabaya dikutip pada Sabtu, 1 Februari 2025.
Pemkot Surabaya melalui TPID telah menyiapkan berbagai langkah strategis guna menjamin kestabilan harga dan stok bahan pokok.
Salah satunya dengan menghadirkan 21 Kios TPID yang menyediakan sembako, seperti beras medium SPHP, beras premium, gula pasir, dan minyak goreng bagi para pedagang pasar tradisional.
Selain itu, Pemkot juga menjalin kerja sama antar daerah, terutama dengan wilayah penghasil pangan, untuk memperkuat distribusi bahan pokok ke Surabaya. Upaya ini diperkuat dengan kerja sama bersama sejumlah distributor bahan pokok di kota ini.
Tak hanya mengandalkan suplai dari daerah lain, Pemkot Surabaya juga mendorong ketahanan pangan melalui gerakan menanam padi, bawang merah, dan aneka cabai di lahan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD).
Untuk memastikan keterjangkauan harga pangan, Pemkot Surabaya bersama TPID rutin menggelar Pasar Murah di 31 kecamatan secara bergilir serta Gerakan Pangan Murah (GPM) setiap bulan.
Melalui program ini, masyarakat dapat memperoleh berbagai kebutuhan pokok dengan harga lebih terjangkau.
“Dalam pasar murah dan GPM, tersedia berbagai komoditas seperti beras medium SPHP, beras premium, gula pasir, minyak goreng, daging ayam, dan telur ayam,” ungkap Vykka.
Selain itu, tersedia pula daging sapi beku, cabai merah besar, cabai merah kecil rawit, bawang putih, bawang merah, dan tomat yang dijual dengan harga stabil.
TPID Surabaya secara rutin melakukan monitoring pasokan pangan di pasar tradisional dan toko modern untuk memastikan harga tetap stabil. Selain itu, koordinasi antar lembaga juga terus dilakukan guna mengatasi kendala distribusi.
“Selanjutnya, menganalisa perkembangan data ketersediaan dan harga pangan di tingkat konsumen. Memantau pasar tradisional dan modern untuk mengatasi permasalahan, seperti penyebab keterlambatan pasokan komoditi pangan,” jelasnya.
Vykka menyebut, berdasarkan pemantauan per 30 Januari 2025, terdapat beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga, di antaranya minyak goreng curah, telur ayam broiler, bawang merah, tomat, cabai rawit merah, dan cabai merah besar.
“Kenaikan harga hortikultura seperti tomat dan bawang merah dipengaruhi oleh faktor cuaca,” ujar Vykka.
Sementara itu, minyak goreng terdampak kebijakan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) MinyaKita per 14 Agustus 2024, dari Rp14.000/liter menjadi Rp15.700/liter.
“Sedangkan kenaikan harga telur ayam broiler dipicu oleh meningkatnya permintaan, salah satunya menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional,” pungkasnya. (*/Pr/C1)