BicaraIndonesia.id, Surabaya – Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (IKA ITS) Jawa Timur, Eri Cahyadi, memperoleh penghargaan bergengsi “Wira Adhiwasesa” pada acara Dies Natalis ke-64 ITS yang berlangsung di Gedung Graha ITS, Surabaya, Senin 11 November 2024.
Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Rektor ITS, Bambang Pramujati, sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi Eri dalam memajukan almamater dan memberi manfaat bagi masyarakat luas.
Penghargaan “Wira Adhiwasesa” menjadi simbol kepahlawanan bagi alumni ITS yang berperan aktif dan memberikan dampak positif terhadap almamater dan masyarakat.
Eri Cahyadi, yang tengah cuti sebagai Wali Kota Surabaya, dinilai berhasil membawa kemaslahatan melalui berbagai program pembangunan yang selaras dengan visi ITS.
Usai menerima penghargaan, Eri mengungkapkan rasa syukur atas apresiasi yang diterimanya. Menurutnya, penghargaan ini menjadi bukti dukungan ITS terhadap upaya yang bermanfaat bagi masyarakat, terutama di Surabaya.
“Ini adalah penghargaan dari ITS, sebagai bentuk apresiasi atas upaya kita untuk selalu bermanfaat bagi masyarakat. Saya merasa bahagia, apa yang kita lakukan selama ini adalah untuk masyarakat, dan Alhamdulillah ITS menjadi bagian dari pembangunan masyarakat itu,” ungkap Eri.
Selain itu, Eri juga mengungkapkan rencana kolaborasi antara ITS dan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pada tahun mendatang. Khususnya dalam membantu nelayan menghadapi kendala pengeringan ikan di musim hujan.
“Insyaallah di tahun depan kita juga akan bekerja sama dengan ITS, salah satunya dalam membantu nelayan untuk mengeringkan ikan. Jadi, ketika musim hujan, hasil tangkapan ikan tidak akan terpengaruh,” ujarnya.
Eri menyampaikan apresiasinya kepada ITS atas kemajuan teknologi yang berdampak positif bagi warga Surabaya.
“Saya matur nuwun (terima kasih) karena kemajuan teknologi yang dikembangkan ITS ini sangat bermanfaat bagi warga dan Kota Surabaya. Semoga sinergi ini bisa terus berlanjut dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat,” tuturnya.
Ia juga mengenang peran dan dukungan Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya sebelumnya, dalam pengembangan kerja sama antara Pemkot Surabaya dan ITS.
“Banyak ilmu dari beliau, Bu Tri Rismaharini, yang saya teruskan. Ada banyak ilmu dari beliau yang saya terapkan, dan dengan dukungan Bu Risma, ITS terus bergerak dan berkembang,” kata Eri.
Eri berharap, di usia ke-64 ini, ITS dapat semakin memberikan dampak positif dan bermanfaat bagi warga Kota Surabaya.
“Semoga di Dies Natalis ITS ke-64 ini, ITS bisa memberikan dampak yang luar biasa dan lebih bermanfaat lagi untuk warga Kota Surabaya,” pungkas Eri.
Persembahkan Karangan Bunga Bibit Tanaman
Peringatan Dies Natalis ke-64 juga diramaikan oleh ratusan karangan bunga yang memenuhi sekitar Gedung Graha Sepuluh Nopember ITS. Rangkaian bunga ucapan selamat tersebut berjajar mulai dari pagar luar hingga pintu masuk gedung.
Namun, ada satu karangan bunga yang menarik perhatian karena berbeda dari yang lain. Yakni karangan bunga berupa bibit tanaman yang diletakkan di sisi kanan sebelum pintu masuk utama Graha ITS.
Karangan bunga ini dikirim oleh Ketua Umum IKA ITS Jawa Timur, Eri Cahyadi, sebagai simbol kepedulian lingkungan serta rencananya untuk menciptakan ruang hijau di kota.
“Bibit tanaman ini adalah untuk menciptakan penghijauan di Kota Surabaya. Karena saya lagi mencari, ada tidak tanahnya Pemkot Surabaya di tengah kota, yang ditempatnya macet, itu saya ingin buat hutan kota,” jelas Eri.
Eri menekankan bahwa hutan kota yang ingin dibangun bukan sekadar hutan kota biasa, melainkan ruang hijau yang mampu menyerap karbondioksida dan menurunkan emisi di kawasan padat.
“Karena hutan kota itu bisa menurunkan emisi, menyerap karbondioksida. Nah, ini yang kita butuhkan hari ini,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, ide hutan kota ini muncul dari kebutuhan Kota Pahlawan akan ruang hijau yang luas di tengah kota, terutama di wilayah yang padat dan rawan kemacetan.
“Hutan kota itu harus minimal 10 hektar, dan harus berada di tengah kota. Karena kalau di daerah pinggiran atau di kawasan mangrove itu sudah biasa,” imbuhnya.
Eri juga menyoroti pentingnya hutan kota untuk mengatasi tantangan emisi dan polusi udara yang terus meningkat seiring perkembangan kota besar seperti Surabaya.
“Karena kota besar seperti Surabaya, mau tidak mau banyak yang datang ke Kota Surabaya. Apakah dari kota-kota penunjang seperti Gresik, Sidoarjo, Lamongan, Mojokerto, akan semakin banyak masuk ke Kota Surabaya,” ujarnya.
Dengan jumlah penduduk dan mobilitas warga dari daerah sekitar yang terus meningkat, menurut Eri, Surabaya perlu bersiap menjadi kota yang ramah lingkungan dengan sistem penyerapan emisi yang memadai.
“Maka dengan bibit-bibit inilah yang menjadi dasar ayo kita menanam pohon untuk Kota Surabaya, kita cintai lingkungan kita. Karena tadi seperti yang disampaikan, pengaruh iklim itu sangat berbahaya untuk Kota Surabaya,” tutup Eri. (Rls/An/C1)