BicaraIndonesia.id, Surabaya – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Surabaya menerima penghargaan dari Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror (AT) Polri.
Apresiasi ini diberikan atas kontribusi dalam Program Pencegahan Intoleransi, Radikalisme, dan Terorisme di wilayah Satgaswil Jawa Timur.
Kepala Bakesbangpol Kota Surabaya, Maria Theresia Ekawati Rahayu, menegaskan bahwa pihaknya memiliki tugas salah satunya dalam mencegah penyebaran paham radikalisme. Dalam menjalankan tugas tersebut, Bakesbangpol berkolaborasi dengan Densus 88 AT dan aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
“Kami melakukan sosialisasi kepada warga di tingkat kecamatan terkait bahaya radikalisme. Selain itu, kami juga memberikan pemahaman kepada mahasiswa di berbagai perguruan tinggi dengan menghadirkan eks narapidana terorisme (napiter) sebagai salah satu narasumber,” ujar MT Ekawati Rahayu dalam keterangan tertulis, Sabtu (22/2/2025).
Selain sosialisasi, Bakesbangpol memberikan perhatian khusus kepada eks napiter melalui program pemberdayaan ekonomi dan pendidikan. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan adalah koordinasi dengan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Surabaya untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak eks napiter berprestasi.
“Kami juga mengupayakan bantuan permodalan melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) untuk eks napiter yang ingin mengembangkan usahanya,” ungkap Yayuk, sapaan akrab Maria Theresia Ekawati Rahayu.
Bahkan, jika ada eks napiter yang mengalami kendala kesehatan, Bakesbangpol turut berkoordinasi dengan instansi terkait, seperti BPJS dan Dinas Kesehatan (Dinkes), untuk memastikan mereka mendapatkan akses layanan kesehatan yang layak.
“Kami bantu koordinasi untuk memastikan mereka mendapatkan perawatan kesehatan yang layak,” tuturnya.
Yayuk mencontohkan salah satu kasus di mana seorang eks napiter mengalami sakit dan tidak dapat mendatangi fasilitas kesehatan. Dalam kondisi ini, Bakesbangpol berkoordinasi dengan Dinkes Surabaya dan puskesmas setempat untuk memberikan layanan kesehatan langsung ke rumahnya.
“Memang waktu itu Densus 88 meminta agar pengobatan dilakukan secara berkala di rumah. Kami pun mengakomodasi permintaan ini dengan menjalin komunikasi dengan dinas terkait,” jelasnya.
Program pembinaan eks napiter di Surabaya telah berjalan cukup lama. Sejak Yayuk menjabat sebagai Kepala Bakesbangpol Surabaya pada 2022, intensitas program ini semakin meningkat.
Bahkan, pemerintah pusat memberikan perhatian lebih dengan mengikutsertakan eks napiter dalam upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus di pemerintah daerah (Pemda) setempat.
Saat ini, terdapat sekitar 23 eks napiter yang tinggal di Surabaya. Bakesbangpol terus berupaya memberikan pendampingan agar mereka tidak kembali terpapar paham radikal.
“Kami juga mengupayakan pemberian bantuan sosial kepada eks napiter, seperti bantuan sembako menjelang Hari Raya Idul Fitri dan Hari Kemerdekaan,” ujarnya.
Selain itu, Bakesbangpol menggandeng berbagai perguruan tinggi dalam upaya pencegahan radikalisme. Sejak 2022, program sosialisasi semakin intens dilakukan bersama Densus 88 AT dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Beberapa kampus yang telah menjadi lokasi sosialisasi antara lain Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Muhammadiyah, Universitas 17 Agustus, dan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.
Namun, Yayuk menegaskan bahwa upaya pencegahan radikalisme tidak bisa dilakukan oleh satu instansi saja. Oleh karena itu, Bakesbangpol turut berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk BNPT dan Densus 88 AT. “Jadi kita juga gandeng Densus 88 dan BNPT,” imbuhnya.
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi, Yayuk mengimbau masyarakat agar lebih bijak dalam menyaring informasi, terutama dari media sosial.
Menurutnya, paham radikal tidak hanya disebarkan melalui ajakan langsung, tetapi juga melalui bacaan dan konten digital yang dapat mempengaruhi pola pikir seseorang.
“Kami berharap masyarakat benar-benar bisa menyaring ketika mendapat informasi dari media sosial atau media lainnya. Dan benar-benar bisa terbuka dengan pergaulan sehingga wawasannya semakin luas,” pungkasnya. (*/Pr/C1)