Bicaraindonesia.id – Penyakit Cacar Monyet atau Monkeypox (Mpox) menjadi perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Meski belum ada kasus yang terlapor di Kota Pahlawan, namun pemkot tetap mengimbau masyarakat untuk mewaspadai gejala dan penularan penyakit tersebut.
Di samping itu, Pemkot Surabaya juga melakukan sejumlah upaya pencegahan dan kesiapsiagaan untuk menghadapi kemungkinan adanya kasus Mpox di Kota Surabaya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina mengatakan, penyakit Mpox berbeda dengan cacar air. Salah satu perbedaan khas Mpox adalah adanya pembengkakan kelenjar getah bening, sedangkan pada cacar air tidak ada.
“Masyarakat perlu waspada, serta mengenali gejalanya. Penyakit Mpox dapat menular ke semua usia, penularan Mpox pada manusia dapat melalui kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi melalui percikan droplet, serta ibu hamil ke janin melalui plasenta,” kata Nanik Sukristina dalam keterangan resminya, dikutip pada Sabtu, 4 November 2023.
Ia memaparkan bahwa gejala yang perlu diwaspadai adalah munculnya demam >38 derajat celcius, muncul ruam/ lesi/ keropeng kulit pada area wajah, telapak tangan dan kaki, serta alat kelamin.
Selanjutnya gejala lain yakni, terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau selangkangan, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, serta kelelahan tubuh.
“Apabila ditemukan kasus dugaan Mpox maka pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang memiliki ruang isolasi khusus untuk tatalaksana kasus sesuai standar,” jelasnya.
Nanik mengatakan bahwa ada beberapa langkah mitigasi yang harus dilakukan untuk mencegah penularan penyakit Mpox. Langkah pertama menghindari kontak langsung dengan hewan penular yang diduga terinfeksi Mpox seperti hewan pengerat, yaitu tupai, tikus, dan hamster.
Kemudian jenis hewan marsupial, seperti koala, tikus berkantung, dan primata non-manusia seperti monyet dan kera baik mati atau hidup.
Langkah kedua yakni, menghindari mengkonsumsi atau menangani daging yang diburu dari hewan liar. Membiasakan mengonsumsi daging yang sudah dimasak dengan benar, menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap saat menangani hewan yang terinfeksi.
Kemudian langkah ketiga bahwa pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit, segera memeriksakan diri jika mengalami gejala dan menginformasikan riwayat perjalanannya.
Seseorang yang mengalami gejala Mpox harus diisolasi dan dipantau sesuai petunjuk tenaga kesehatan. Selain itu, seseorang yang mengalami gejala mengarah Mpox tidak boleh menghadiri acara, pesta, atau pertemuan.
Selanjutnya langkah keempat yaitu, tenaga kesehatan yang merawat kasus harus menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), termasuk penggunaan APD yang sesuai.
Sementara langkah kelima yakni, melakukan seks secara aman termasuk membatasi jumlah pasangan seks. Pencegahan dengan alat kontrasepsi saja tidak dapat melindungi secara maksimal penularan Mpox karena kontak lesi pada kulit cukup menularkan. Namun penggunaan alat kontrasepsi secara konsisten dapat mencegah HIV dan penyakit menular seksual lainnya.
Selain itu, Nanik juga menegaskan bahwa sejumlah upaya pencegahan terus dilakukan oleh Pemkot Surabaya. Di antaranya, menerbitkan Surat Edaran Kepala Dinkes Surabaya tentang Peningkatan Kewaspadaan Terhadap Penyakit Monkeypox kepada Seluruh Rumah Sakit, Puskesmas, dan Klinik.
Langkah pencegahan lain juga dilakukan Dinkes Surabaya dengan melakukan pemantauan informasi global dan regional melalui portal informasi resmi satu pintu yaitu WHO dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia.
Serta melakukan sosialisasi, seperti penyebarluasan informasi terkait Mpox, dan komunikasi risiko sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Mpox baik secara langsung maupun melalui platform Instagram Dinkes Surabaya.
Di samping itu, Dinkes Surabaya juga meningkatkan kewaspadaan melalui pengamatan laporan Surveilans Berbasis Kejadian (EBS) di aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) serta deteksi kasus dengan gejala Mpox yang datang ke Fasyankes.
“Serta melakukan penyelidikan epidemiologi kasus apabila ditemukan kasus dengan tanda dan gejala Mpox yang berasal dari laporan masyarakat, media, maupun Fasyankes,” pungkasnya. ***