BicaraIndonesia.id, Surabaya – World Health Organization (WHO) South-East Asia Regional Office (SEARO) secara resmi mengeluarkan Letter of Recognition untuk Kota Surabaya sebagai bagian dari Healthy City Network atau Jaringan Kota Sehat dengan akreditasi WHO SEARO.
Pengakuan ini diberikan sebagai apresiasi atas komitmen dan inisiatif Kota Surabaya dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan warganya.
Surat pengakuan ini diterbitkan pada 27 November 2024 dan ditujukan kepada Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. WHO memberikan penghargaan atas berbagai program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemkot Surabaya dalam mengembangkan konsep Kota Sehat, sesuai dengan norma dan pedoman dari WHO.
Dengan diterbitkannya Letter of Recognition tersebut, Kota Surabaya resmi menjadi bagian dari Healthy City Network WHO SEARO dan memperoleh akreditasi sebagai Healthy City WHO SEARO.
“Dikukuhkannya Surabaya sebagai Kota Sehat oleh WHO merupakan sebuah kehormatan besar bagi seluruh warga Surabaya. Sejak awal, kami berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup, derajat kesehatan, dan kesejahteraan seluruh warga tanpa terkecuali,” kata Eri Cahyadi dalam pernyataan tertulisnya dikutip pada Sabtu, 4 Januari 2025.
Menurutnya, capaian ini bukan hanya soal pengakuan internasional, tetapi juga sebagai langkah nyata dalam mewujudkan kota yang sehat.
“Setiap warga mendapatkan akses lebih baik terhadap layanan kesehatan, lingkungan yang bersih dan nyaman, serta dukungan sosial berbasis komunitas,” imbuhnya.
Terdapat beberapa indikator penilaian yang membuat Surabaya berhasil mendapatkan akreditasi WHO SEARO dan menjadi bagian dari Jaringan Kota Sehat Kawasan Asia Tenggara.
Indikator tersebut meliputi pemetaan sanitasi di setiap perkampungan, ketersediaan jamban, serta kebutuhan air bersih yang telah tercapai 99 persen. Selain itu, penanganan penyakit juga dilakukan dengan mendirikan program 1 RW 1 Nakes (R1N1) dan Puskesmas Pembantu (Pustu).
“Langkah ini merupakan hasil dari upaya panjang kami dalam memastikan Surabaya menjadi kota yang sehat. Namun, kita tidak boleh terlena. Kami akan terus memperbaiki dan meningkatkan layanan kesehatan agar lebih optimal lagi,” tegas Eri.
Eri juga menjelaskan, menurut WHO, Kota Sehat adalah kota yang menempatkan kesehatan, kesejahteraan sosial, kesetaraan, dan pembangunan berkelanjutan sebagai fokus kebijakan dan program lokal. Ini berlandaskan pada prinsip hak atas kesehatan, perdamaian, keadilan sosial, kesetaraan gender, solidaritas, inklusi sosial, dan pembangunan berkelanjutan.
“Pendekatan utama dalam pelaksanaan Kota Sehat WHO adalah kolaborasi lintas sektor, partisipasi aktif, dan pemberdayaan masyarakat,” ungkapnya.
Terdapat enam jaringan Kota Sehat WHO di seluruh dunia, yang anggotanya dibagi berdasarkan letak geografis untuk memudahkan koordinasi dan penyebaran informasi.
Jaringan Kota Sehat WHO mencakup Kawasan Eropa, Kawasan Amerika, Kawasan Timur Mediterania, Kawasan Pasifik Barat, Kawasan Afrika, dan Kawasan Asia Tenggara.
Indonesia tergabung dalam Jaringan Kota Sehat WHO Kawasan Asia Tenggara. Tujuan dari Healthy City Network WHO SEARO adalah untuk memfasilitasi perluasan cakupan serta penguatan pelaksanaan Kota Sehat di kawasan tersebut.
Selain itu pula mendorong kolaborasi antar kota sehat untuk memperkuat kapasitas dan mendokumentasikan hasil-hasil terbaik dari penyelenggaraan Kota Sehat.
“Bergabung dalam jaringan ini memberikan kesempatan untuk bertukar pembelajaran, serta memperkuat kolaborasi antar Kota Sehat di Asia Tenggara dan kawasan lainnya,” kata dia.
“Kami juga berkesempatan mengikuti pelatihan, mentoring, dan webinar dari para ahli regional dan global untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan Kota Sehat,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda Litbang) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajad, mengungkapkan bahwa proses sertifikasi dimulai dari inisiatif Wali Kota Eri Cahyadi yang ingin membawa Surabaya ke tingkat yang lebih tinggi setelah tiga kali memperoleh predikat Swasti Saba Wisatara dari Kemendagri dan Kemenkes RI.
“Wali Kota Eri mendaftarkan Surabaya untuk mengikuti akreditasi WHO SEARO pada 11 Januari 2024. Sebelumnya, pada 9 Januari 2024, Forum Kota Sehat memberikan surat komitmen untuk mendukung penuh inisiatif ini,” jelas Irvan.
Keikutsertaan Surabaya dalam Jaringan Kota Sehat WHO ini menandai langkah penting dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan warga kota. Juga sekaligus memperkuat posisi Surabaya di tingkat internasional sebagai kota yang berkomitmen terhadap kesehatan dan pembangunan berkelanjutan.
“Pemkot Surabaya berhasil memenuhi prinsip utama pelaksanaan Kota Sehat WHO, yakni kolaborasi lintas sektor, partisipasi aktif, dan pemberdayaan masyarakat. Surabaya juga dinilai berhasil meningkatkan derajat kesehatan holistik warganya, yang meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial,” tutupnya. (*/Sp/An/C1)