BicaraIndonesia.id, Surabaya – Center of Latin America Studies (CLAS) UPN Veteran Jawa Timur, dipimpin oleh Ignatia Martha Hendrati, berperan aktif dalam memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Kuba.
Salah satu kontribusi nyatanya adalah penyelenggaraan seminar internasional bertema “Penguatan Hubungan Bilateral Indonesia-Kuba di Bidang Ekonomi, Pendidikan, dan Kebudayaan” pada Senin, 14 Oktober 2024.
Seminar ini turut dilengkapi dengan bedah buku “Diplomasi Tiga Zaman” karya Priyo Iswanto yang diadakan di Gedung GKB 1 kampus UPN Veteran Jawa Timur.
Acara ini menghadirkan dua duta besar, yaitu Duta Besar Kuba untuk ASEAN dan Indonesia, S.E. Sra. Dagmar González Grau, serta Duta Besar Indonesia untuk Kuba, H.E. Nana Yuliana. Priyo Iswanto, penulis buku yang dibedah, turut hadir dalam acara tersebut.
Turut hadir pula Konsulat Kuba Noyola Ugalde Juan Francisco Gregorio, KIKE UGM Muhadi Sugiono, perwakilan Pusat Studi Afrika dari Unair Pinky Saptandari, serta perwakilan dari UINSA dan Unej.
Acara ini juga dihadiri oleh tiga kepala dinas Pemkot Surabaya dan ratusan mahasiswa program studi Hubungan Internasional dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Rektor UPN Veteran Jawa Timur, Prof Akhmad Fauzi dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara ini menjadi momen penting dalam memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Kuba, yang telah terjalin sejak tahun 1960.
“Kita harus tetap melakukan dialog terbuka seperti ini untuk membahas isu-isu strategis dan tantangan yang dihadapi oleh kedua negara, serta mencari solusi bersama yang konstruktif,” kata Prof Akhmad dalam keterangan tertulis yang diterima BicaraIndonesia.id, Senin, 14 Oktober 2024.
Prof Akhmad juga menegaskan bahwa hubungan Indonesia-Kuba tidak hanya bersifat strategis, tetapi juga mencerminkan persahabatan antarbangsa yang memiliki kesamaan nilai budaya dan tujuan pembangunan.
“Melalui kerja sama ini, kita berkomitmen untuk meningkatkan pertukaran di berbagai bidang, seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan budaya,” tambahnya.
Ia juga mengapresiasi buku “Diplomasi Tiga Zaman”, yang menurutnya memberikan wawasan mendalam tentang perjalanan diplomasi Indonesia dalam tiga era besar politik global.
“Menariknya, penulis tidak hanya berfokus pada aspek formal diplomasi, seperti tantangan personal yang dihadapi selama bertugas di luar negeri. Namun, juga memberikan pandangan yang lebih humanis terhadap peran seorang diplomat,” tuturnya.
Sementara itu, Duta Besar Kuba untuk ASEAN dan Indonesia, S.E. Sra. Dagmar González Grau menjelaskan bahwa hubungan diplomatik resmi antara Indonesia-Kuba terbentuk pada 22 Januari 1960. Pada tahun 2025 mendatang, hubungan kedua negara akan mencapai 65 tahun.
“Selama 65 tahun hubungan, berbagai instrumen bilateral seperti perjanjian dan nota kesepahaman telah ditandatangani, terutama di bidang budaya, kesehatan, olahraga, pertanian, dan perdagangan. Namun, banyak dari instrumen ini belum dimanfaatkan secara maksimal,” kata Dagmar.
Di bidang pendidikan, Kuba telah memberikan beasiswa kepada 16 mahasiswa Indonesia sejak tahun 1972. Saat ini, masih ada tiga mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan kedokteran di Kuba.
Duta Besar Indonesia untuk Kuba, H.E. Nana Yuliana menambahkan bahwa sejak 2010, telah ditandatangani enam Nota Kesepahaman (MoU) dan dua Surat Niat (LoI) antara Indonesia dan Kuba. Salah satu kerja sama terbaru adalah Letter of Intent tentang Kerjasama Teknis yang ditandatangani pada 22 Januari 2024.
“Selain itu, beberapa kunjungan penting telah dilakukan oleh para pemimpin kedua negara, termasuk kunjungan Presiden Abdurrahman Wahid pada 2000 dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2006, serta kunjungan menteri luar negeri kedua negara,” kata Nana Yuliana.
Ia juga menjelaskan tentang perkembangan perdagangan antara kedua negara, yang pada tahun 2023 mencapai nilai USD 13,3 juta, meningkat 1,3 persen dari tahun sebelumnya. Indonesia mengekspor produk seperti sabun dan mesin listrik, sementara Kuba mengekspor produk tembakau dan makanan.
“Indonesia mengekspor produk seperti sabun, minyak, dan mesin listrik, sementara Kuba mengekspor produk tembakau, makanan, dan minuman,” tutupnya. ***
Laporan: And
Editorial: C1