Bicaraindonesia.id, Jakarta – Direktorat Tindak Pidana Pelindungan Perempuan dan Anak serta Pemberantasan Perdagangan Orang (PPA-PPO) Bareskrim Polri menyatakan dukungan penuh dalam pengungkapan kasus predator seksual yang mengejutkan warga Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
“Direktorat PPA dan PPO memberikan backup terhadap penanganan kasus tersebut, termasuk bantuan teknis dari Puslabfor, Pusident, dan Pusdokkes Polri,” kata Direktur PPA-PPO Bareskrim Polri Brigjen Pol Nurul Azizah dalam keterangan tertulisnya di Jakarta dikutip pada Sabtu (3/5/2025).
Sebagai bentuk upaya penanganan menyeluruh, Bareskrim bekerja sama dengan sejumlah pihak strategis. Di antaranya, Komisi Pelindungan Anak Indonesia (KPAI), Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA), rumah sakit, hingga lembaga berbasis masyarakat. Kolaborasi ini bertujuan memastikan respons cepat dan komprehensif bagi para korban.
Layanan pendampingan psikologis dan dukungan tenaga profesional telah disiapkan untuk mendukung pemulihan para korban dari trauma akibat tindak kekerasan seksual tersebut.
Brigjen Nurul menegaskan komitmen Polri untuk menindak tegas setiap bentuk kekerasan seksual serta menjamin proses hukum yang adil dan berpihak kepada korban.
Ia juga menyerukan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap segala bentuk kekerasan seksual, baik secara fisik maupun digital.
“Dukung korban dengan empati, hindari reviktimisasi, dan dorong akses layanan pemulihan seperti bantuan psikologis, medis, dan hukum,” tegasnya.
Untuk melaporkan dugaan kekerasan seksual, masyarakat dapat menghubungi saluran resmi Polri di nomor 110, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) di 129, atau Kementerian Sosial melalui 1500771.
Sementara itu, Polda Jawa Tengah saat ini menangani kasus tersebut. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jateng Kombes Pol Dwi Subagio mengungkapkan, pelaku berinisial S (21) diduga memanfaatkan platform digital seperti Telegram dan media sosial untuk memanipulasi korban yang sebagian besar adalah pelajar.
“Jumlah korban yang teridentifikasi kini telah bertambah menjadi 31 anak di bawah umur. Kami masih mendalami motif pelaku dan terus membuka ruang bagi korban lain untuk melapor,” ujar Kombes Dwi Subagio. (*/Hum/A1)