Bicaraindonesia.id – Dalam kunjungan kerjanya ke Karanganyar, Jawa Tengah pada Sabtu (11/7/2020), Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar mengapresiasi konservasi air di hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) yang ada di wilayah tersebut.
Salah satu keberhasilannya terlihat pada Taman Sakura di Lawu (Sakral), yang mengimplementasikan konsep edukasi, wisata sekaligus konservasi hulu DAS.
“Penting untuk benar-benar mewujudkan konservasi sumber-sumber air di hulu DAS baik dengan cara vegetatif maupun sipil teknis. Untuk daerah Karanganyar ini kegiatan konservasi di daerah hulu sudah cukup berhasil,” kata Menteri Siti.
Menurutnya, konsep integrasi edukasi, wisata sekaligus konservasi hulu DAS yang diinisiasi oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS (Balitek DAS) Solo, UPT Badan Litbang dan Inovasi (BLI)–Kementerian LHK ini adalah ide yang bagus dan perlu dikembangkan di daerah lainnya.
Manfaat dari konservasi hulu DAS seperti ini akan bisa diperoleh langsung oleh masyarakat sekitar, salah satunya yaitu meningkatnya wisatawan yang akan berkunjung ke sana.
Mengapresiasi dan mendukung upaya Balitek DAS dalam mengintegrasikan konsep edukasi, wisata dan konservasi hulu DAS dengan keberadaan Taman Sakura di Lawu ini.
Kepala BLI KLHK, Agus Justianto yang turut mendampingi menteri mengapresiasi dan mendukung Taman Sakura inu sebagai sarana edukasi, wisata, seni dan salah satu legacy untuk litbang.
“Dimana Sakura di Lawu berbeda dengan sakura aslinya, dimana sakura di sini mekarnya setahun bisa dua kali, sedangkan di Jepang kita tahu hanya satu kali. Ini bisa menjadi sarana promosi bahwa sakura pun bisa ditanam di Indonesia,“ kata Ka BLI.
Melihat kondisi sakura di Karanganyar ini, Agus berharap, ke depan sakura dapat menjadi daya tarik wisata dan dapat direplikasikan di tempat-tempat lain, apabila bisa membuktikan bahwa Sakura bisa tumbuh subur.
“Konsep atau desain layout yang dibangun Taman Sakura sangat menarik. Ada gunung tinggi di belakang taman sakura. Ini bisa menjadi ikon wisata Taman Sakura di Lawu,” ujarnya.
Sebagai informasi, SAKRAL (Sakura di Lawu) adalah entitas karya hasil inisiasi berbagai pihak. Dielaborasi dan dikolaborasi dengan semangat keterpaduan dan komitmen berbagai pihak sejak tahun 2017.
Balitek DAS berperan sebagai agen riset utama sekaligus koordinator para pihak yang terlibat. Selaku pemangku kawasan, Perum Perhutani KPH Surakarta memberikan dukungan pengelolaan. Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI memberi dukungan materi tanaman sakura sekaligus dukungan riset. Jurusan Biologi, Fakultas MIPA UNS memberikan dukungan riset.
Karya ini sekaligus dipersembahkan sebagai penanda hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang ke-60 tahun. Awal kegiatan dilakukan melalui seremoni penanaman yang dihadiri oleh H. Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah, Duta Besar Jepang untuk Indonesia dan segenap jajaran para pihak pada Januari 2018 lalu.
Sebanyak 60 batang pohon Sakura Himalaya (Prunus cerasoides) dari upaya pembiakan vegetatif Kebun Raya Cibodas, ditanam pada dua tapak seluas ± 1,2 hektar. Yakni, Taman Sakral (39 batang) dan Bukit Sakral (21 batang), waktu itu. Desain lanskap tanaman mengikuti gunungan wayang dan cakra manggilingan.
Ke depan, pengembangan kegiatan ini akan diarahkan menuju capaian wahana pertanaman konservasi sakura berbasis eco-eduwisata. Jumlah pohon sakura yang meningkat dan jenis yang beragam, luasan yang mencukupi, sarpras yang memadai, pengembangan yang integratif, adalah beberapa hal yang ingin dicapai. Pengelolaan yang profesional dan dukungan riset menjadi pijakan utamanya.
Tahun 2020, kegiatan pengembangan akan fokus pada riset fenologi sakura, riset pengembangan generatif sakura dan pemapanan Taman Sakura. Tahun berikutnya akan diupayakan penambahan jenis sakura, yakni jenis Prunus serrulata dan atau Prunus yamazakura serta jenis kerabat lokal seperti Prunus javanica, Prunus costata.
Source: Litbang KLHK
Editorial: B1