Jakarta, Bicaraindonesia.id – Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini berkunjung ke Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono di Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta Timur pada Jumat (17/2/2023).
Dalam kesempatan itu, Mensos Risma bersama Panglima TNI mendiskusikan soal upaya percepatan pendistribusian bantuan sosial di kawasan 3T (Terdepan, Terpencil, Tertinggal) atau daerah perbatasan Negara Indonesia.
Mensos Risma menyampaikan, selain menyalurkan batuan sosial, di kawasan 3T Kementerian Sosial (Kemensos) juga membangun berbagai fasilitas. Di antaranya air bersih dan listrik yang direalisasikan melalui bantuan air bersih dan solar cell untuk pembangkit listrik.
Kepada Panglima TNI, Mensos Risma mengungkapkan bahwa Kemensos menghadapi berbagai tantangan selama melaksanakan tugas memenuhi hak-hak masyarakat di kawasan 3T dan perbatasan Indonesia dengan negara lain.
Misalnya, Mensos menyebut, di Pulau Sebatik Nunukan, Pulau Mapia Biak, Pulau Laut di Natuna dan banyak daerah perbatasan lainnya. Tantangan datang baik dari aspek transportasi maupun keamanan.
“Tugas Kemensos itu ada di 3T, terdepan, terpencil, tertinggal. Itu kan saya juga pengen datengi tapi saya berhadapan dengan gangguan keamanan. Kemarin itu ada keluhan di kawasan mereka tinggal telah tergerus agresi. Mereka khawatir,” kata Mensos Risma melalui keterangan tertulisnya, seperti dikutip pada Selasa (21/2/2023).
Selain terhambat dengan gangguan keamanan, keterbatasan transportasi juga dikatakan Mensos menjadi tantangan serius. Sebab, Kemensos tidak hanya menyalurkan bantuan permakanan, tetapi juga fasilitas pendukung lainnya termasuk pakaian, mesin atau alat penunjang lainnya, terutama jika terjadi bencana.
“Sekarang saya tambahkan bantuan kalau bencana ada pakaian. Dulu kan hanya dibantu dengan makanan. Saya gak bisa, kalo anak-anak itu kesian kadang gak bisa, makanya saya belikan pakaian anak, perempuan laki – laki,” terang Mensos Risma.
Tak hanya itu, bantuan air bersih dan solar cell untuk pembangkit listrik juga harus didistribusikan segera untuk menunjang keberlangsungan hidup masyarakat 3T. Untuk mengangkut air bersih dan solar cell, tentunya membutuhkan transportasi yang memadai.
“Kemarin itu juga ada yang bilang, ‘bu kita ndak ada air’. Saya bilang oke pak saya bantu cuma kan gimana aku bawa ke sana barangnya. Kalo naik heli. Naik pesawat itu kan maksimal hanya memuat 2,2 ton. Jadi kan tidak mungkin,” kata dia.
Kemensos memiliki keterbatasan dalam peralatan transportasi untuk memastikan bantuan bisa menjangkau kawasan 3T. Oleh karena itu, Mensos Risma berharap dapat menjalin sinergitas Kemensos dan TNI, sehingga mengatasi berbagai tantangan di atas.
Menanggapi hal tersebut, Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono menyambut baik upaya Kemensos dalam upaya memperbaiki kesejahteraan masyarakat di daerah perbatasan Indonesia.
TNI yang juga memiliki program di daerah perbatasan, dapat berkolaborasi dengan Kemensos untuk membangun kawasan tersebut. Yakni, dengan menyiapkan material serta mengerahkan anggota. “Kita mix kan program Kemensos dengan TNI,” kata Laksamana Yudo.
Tidak hanya untuk program di daerah perbatasan, TNI akan mendukung penyaluran bantuan ketika ada situasi tanggap darurat.
“Di kami sudah kami tekankan pada jajaran jadi ketika ada tanggap darurat itu gak perlu ada perintah Panglima TNI. Jadi langsung menyebar lakukan evakuasi dan SAR,” terang Panglima TNI.
“Memang dulu mereka sering menunggu, belum ada perintah. Sekarang saya perintahkan kalau ada tanggap darurat tidak perlu menunggu perintah. Laksanakan, nanti baru saya perintahkan untuk legalitasnya apalagi yang sifatnya mendorong logistik, kami siap bantu,” sambungnya.
Laksamana TNI Yudo Margono juga menyatakan, bahwa pihaknya siap membantu Kemensos untuk transportasi dalam pegantaran bantuan.
“Bisa, nanti apa saja yang mau dibawa kita fasilitasi dengan kapal perang, tapi kalau perjalanannya panjang pakai kapal saja, ada tempat tidurnya,” kata alumni AAL 1988 itu. ***
Editorial: B1
Source: Kemensos