Bicaraindonesia.id – Harry Houdini, dikenal sebagai pesulap legendaris, praktisi sihir pelarian, dan ahli ilusi terkemuka asal Hongaria yang menetap di Amerika Serikat (AS). Dengan nama asli Enrich Weiss, Houdini sangat dikenal dengan trik-trik sulap meloloskan diri dari ikatan tali, borgol maupun rantai.
Dia juga dikenal memiliki keahlian seni magis sebelum meninggal dunia pada Hari Halloween, atau di tanggal 31 Oktober 1926 silam. Itu sebabnya setiap tanggal 31 Oktober, dikenal oleh kalangan magis sebagai “Magic Day Nasional” atau hanya “Hari Houdini.”
Mungkin mengejutkan bagi orang awam untuk mengetahui bahwa teknik magis Houdini telah banyak digunakan oleh perwira intelijen sekarang.
Dalam karya buku H. Keith Melton dan Robert Wallace berjudul “The Official CIA Manual of Trickery and Deception”, mantan Wakil Direktur CIA, McLaughlin, yang juga seorang pesulap amatir menyebutkan bahwa sihir dan spionase memiliki kesamaan.
“Sihir dan spionase adalah seni yang benar-benar sejenis,” kata McLaughlin sebagaimana dilansir dalam laman resmi dinas intelijen AS, cia.gov, Sabtu (6/11/2021).
Karya buku tersebut disusun berpedoman dengan dua dokumen panduan pelatihan yang telah lama hilang. Dokumen itu juga disebutkan sengaja dirancang untuk mengajarkan petugas agensi bagaimana mengintegrasikan unsur-unsur seni magis ke dalam operasi rahasia.
Buku ini sekaligus mengungkapkan bahwa koneksi CIA ke dunia sihir sebenarnya sudah berumur puluhan tahun.
Pada tahun 1950-an, sebagai bagian dari proyek MK-ULTRA (program pengedalian pikiran CIA), seorang agensi menyewa pesulap John Mulholland untuk mengajari perwira muda teknik manipulasi yang cocok di lapangan. Seperti, menyelundupkan aset dari Jerman Timur selama Perang Dingin dengan kendaraan yang menyerupai kotak ajaib yang digunakan di ilusi panggung.
Sebagai bagian dari kontraknya, Mulholland menyiapkan dua bentuk pelatihan, yakni “Beberapa Aplikasi Operasional Seni Manipulasi” dan “Sinyal Indentifikasi.”
Kemudian pada tahun 1973, ketika Direktur CIA saat itu dijabat oleh Richard Helms, ia memerintahkan penghancuran semua dokumen yang terkait dengan program MK-ULTRA. Akhirnya, dokumen pedoman itu pun dianggap telah hilang selamanya.
Namun pada tahun 2007, saat mantan direktur Kantor Layanan Teknis CIA, Robert Wallace memeriksa beberapa dokumen lain, dia menemukan salinan dengan kondisi rusak dari masing-masingnya yang entah bisa lolos dari mesin penghancur kertas kala itu.
Percaya bahwa dokumen panduan tersebut layak untuk dipublikasikan secara penuh, Robert Wallace kemudian berunding dengan rekan penulisnya. Yakni, Keith Melton, seorang sejarawan intelijen dan kolektor.
Alhasil, dari hasil beruding itu kemudian menghasilkan buku berjudul “The Official CIA Manual of Trickery and Deception”. Buku ini mencakup ilustrasi teknik penipuan di atas panggung, seperti saat Harry Houdini berjalan melalui dinding.
Faktanya, banyak teknik melarikan diri magis Houdini yang diungkap dalam buku tersebut yang sekarang tidak diklasifikasikan (bukan rahasia). Buku tersebut tidak lagi diklasifikasikan, karena generasi intelijen sekarang maupun spionase sudah dipengaruhi dengan teknologi yang dikembangkan selama Perang Dingin.
Tak hanya itu, dalam buku “The Official CIA Manual of Trickery and Deception” tersebut, juga diungkap mengenai alat penyembunyian seperti koin ajaib dan sepatu Mokana berlubang yang digunakan Houdini untuk menyembunyikan alat pelarian. Teknik ini pun dikenal sangat populer di kalangan spionase selama era Perang Dingin.
Bahkan, dalam Office of Strategic Services (OSS), dinas intelijen Amerika Serikat atau pendahulu CIA saat Perang Dunia II, juga terinspirasi dengan alat-alat kecil yang diciptakan oleh Houdini. Alat tersebut, banyak digunakan oleh pesulap dalam perlengkapan pelariannya yang tersembunyi.
Harry Houdini Spionase CIA?
Sungguh tidak mengherankan ketika banyak sejarawan magis dan orang-orang pintar mempertanyakan: Apakah Harry Houdini seorang mata-mata?
Sejak kematian Houdini, telah terjadi perdebatan di antara para sejarawan mengenai apakah Houdini pernah menjadi “mata-mata” atau tidak.
Misteri terbesar dan terbaru adalah publikasi pada tahun 2006 dalam buku bertajuk “The Secret Life of Houdini: The Making of America’s First Superhero” yang ditulis oleh William Kalush dan Larry Sloman.
Kedua penulis ini melakukan penelitian mendalam tentang sejarah sihir yang akhirnya tertuang sepenuhnya dalam buku sekitar 700.000 materi halaman yang berisi ribuan referensi ke Houdini.
William Kalush dan Larry Sloman berpendapat, bahwa satu-satunya alasan Houdini tiba-tiba meninggalkan Amerika Serikat pada tahun 1900, karena sudah mencapai ketenaran dengan gaji yang setara $45.000 selama seminggu. Keduanya juga menduga, Houdini mendapatkan uang sebesar karena menjadi seorang spionase.
Houdini dikabarkan memberikan informasi kepada Polisi Jerman mengenai lokasi penjahat yang masuk dalam daftar pencarian. Bahkan pula, Houdimi dikabarkan memberikan beberapa informasi lain yang tidak ditentukan kepada Inspektur Scotland Yard (Markas Pusat Polisi di London, Inggris), William Melville.
Di lain sisi, William Kalush dan Larry Sloman juga berasumsi, bahwa Houdini juga memantau gerakan kaum anarkis di Rusia dan membantu dinas intelijen Amerika Serikat dengan misi kontra-penyamaran mereka.
Seperti yang dicatat oleh penulis dan kolektor memorabilia Houdini, Arthur Moses, “Beberapa di antaranya mungkin benar, tetapi sulit untuk percaya bahwa itu semua benar,” katanya.
Kalush juga melaporkan telah melihat dokumen yang menunjukkan bahwa Houdini telah memberikan informasi ke Scotland Yard sejak awal.
Namun, mantan sejarawan Museum Mata-Mata Internasional, Thomas Boghardt menunjukkan bahwa tanggal lahir yang diterima secara umum untuk intelijen Inggris adalah 1909. Beberapa tahun setelah Houdini berada lokasi tersebut.
Selain itu, Thomas Boghardt juga mencatat, bahwa William Melville fokus terhadap kontra spionase di Inggris daripada intelijen asing.
Houdini Mata-Mata untuk Amerika?
Menariknya, beberapa sejarawan berteori bahwa Houdini memang semacam perwira intelijen. Tetapi bukan untuk Inggris, melainkan untuk tanah airnya tercinta, yakni Amerika Serikat. Saat itu, Negeri Paman Sam masih dipimpin oleh teman Houdini, yakni Presiden Theodore Roosevelt (Presiden AS ke 26).
Houdini dan Roosevelt dilaporkan bertemu pada tahun 1893. Pertemuan itu terjadi ketika Roosevelt masih berburu kerbau dan Houdini bekerja di Midway dalam sebuah pameran dunia Chicago.
Keduanya dikabarkan juga bertemu lagi selama kampanye Presiden AS tahun 1896. Ketika itu, Houdini kembali dari Nova Scotia, sebuah Provinsi di Kanada. Sedangkan Rooseveltz, saat itu adalah seorang Komisaris Polisi di Kota New York.
Seperti yang diduga oleh para pendukung argumen “Houdini memata-matai untuk Amerika”. Houdini mampu membantu Roosevelt kembali ke Moskow, Rusia. Ini setelah seorang mata-mata Rusia dilaporkan mencuri buku tebal, setebal sebelas halaman berjudul, “The Cipher of the Department of State.”
Seorang mata-mata itu adalah Ivan F. Manasevich-Manuilov. Dia disebut telah berhasil mendapatkan pekerjaan di Kedutaan Besar AS di Moskow sebagai seorang penyalin. Pekerjaan ini sungguh memungkinkannya untuk mendapatkan akses dan mencuri buku itu.
Houdini kebetulan berada di Moskow pada saat itu melayani sebagai “Penyihir Pengadilan”. Dia bekerja untuk menasehati Raja tentang masalah sihir saat musim panas dan musim gugur tahun 1903.
Menurut beberapa sejarawan, termasuk penulis biografi Roosevelt Edmund Morris, kesempatan Houdini ini tidak diragukan lagi untuk disampaikan kepada Presiden AS saat itu. Menurut dia, sangat memungkinka Presiden AS meminta Houdini untuk melaporkan apa yang dilihat dan didengar selama di Rusia.
Tapi apakah ini membuat Houdini menjadi mata-mata?
Sejarawan sihir Richard Kohn percaya, bahwa akan sulit untuk menyebut Houdini sebagai seorang mata-mata dalam arti “James Bond.” Sebaliknya, ia menganggap Houdini lebih sebagai “Seorang pengamat yang menyampaikan pengamatan.”
Demikian pula pesulap dan paranormal debunker, James Randi yang berpendapat, “Jika Houdini adalah mata-mata yang akan keluar. Dia tidak akan pernah bisa duduk di atasnya,” kata dia.
Tidak diragukan lagi, tentu para sejarawan akan terus memperdebatkan pertanyaan ini. Tetapi, tetap saja ahli magis Harry Houdini tampaknya pantas apabila “disebut terhormat” di antara jajaran praktisi intelijen.
Editorial: A1
Source: cia.gov