Bicaraindonesia.id – Young Buddhist Association kembali menggelar webinar Sarasehan Kebangsaan dengan mengangkat tema Comeback Stronger, Sabtu (16/10/2021) malam.
Webinar yang digelar dalam rangka Peringatan Hari Sumpah Pemuda itu dibuka langsung oleh Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama (Kemenag) RI, Supriyadi.
Dalam webinar tersebut, Young Buddhist Association menghadirkan dua narasumber, yaitu Basuki Tjahaja Purnama yang biasa disapa BTP atau Ahok, dan juga YM. Bhante Jayamedho, Thera, yang merupakan Padesanayaka Sangha Theravada Indonesia, Provinsi Jawa Timur. Sedangkan moderator dalam acara itu adalah Prof Sujoko Efferin yang sekaligus Pembina Young Buddhist Association.
Dalam Sarasehan Kebangsaan itu, Prof Sujoko Efferin memberikan beberapa pertanyaan secara bergantian kepada kedua narasumber. Mulai dari pengalaman hidup masing-masing, hingga pesan-pesan kepada anak-anak muda yang harus dipersiapkan dan dilakukan dalam menghadapi tantangan ke depan.
YM. Bhante Jayamedho, Thera, mengawali penjelasannya dengan berbagi kisah mengenai perjalanan hidup ketika masih bekerja di dunia usaha hingga harus meninggalkan segalanya demi berbakti kepada sesama sebagai seorang Bhikkhu.
“Pada usia 70 tahun saya harus meninggalkan rumah tangga, jabatan dan kekayaan untuk belajar membersihkan diri. Memang lebih damai sebenarnya. Karena keinginannya sudah banyak yang terkendali dan kebutuhan-kebutuhan sudah dilepaskan,” kata Bhante Jayamedho.
Bhante Jayamedho pun berpandangan bahwa orang yang beragama tentu akan selalu memegang teguh integritas atau kejujuran. Termasuk pula ketika seseorang itu diberikan kepercayaan menjadi pejabat atau pemimpin masyarakat.
“Kalau seseorang mengaku beragama dan melakukan korupsi tidak merasa bersalah, maka kita ragukan beragamanya. Orang seringkali menganggap ritual (keagamaan) lebih penting daripada integritas atau kejujuran,” terangnya.
Menurutnya, seringkali masyarakat beragama di seluruh dunia menganggap bahwa korupsi atau ketidakjujuran itu justru tidak penting. Sementara ritual atau kegiatan keagamaan, malah dianggap lebih penting. Padahal kejujuran adalah bagian terpenting dari seorang beragama.
“Karena integritas atau kejujuran ini bagian dari ajaran agama. Termasuk jangan pernah merugikan orang lain atau manusia, tapi juga tumbuhan, binatang dan alam. Sayangnya banyak negara-negara yang kelihatannya beragama, tapi kemajuan, kesejahteraan, keadilan dan kejujurannya masih dipertanyakan,” jelasnya.
Oleh karena itu, di momen Peringatan Sumpah Pemuda ini, Bhikkhu kelahiran asal Kota Surabaya itu pun berpesan kepada anak-anak muda, agar mereka dapat melakukan segala sesuatu yang bermanfaat atau memunculkan kebahagiaan masyarakat. “Kalau lihat orang yang menderita, maka kita harus mengokohkan apa untuk bisa menolong mereka,” pesannya.
Sementara itu, Basuki Tjahaja Purnama juga mengawali sarasehan ini dengan bercerita pengalaman hidupnya. Mulai menjadi seorang pengusaha, hingga masuk ke dunia politik dan menjabat Bupati Belitung Timur hingga Gubernur DKI Jakarta. Ada utama yang membuat BTP terjun ke dunia politik karena dia ingin lebih banyak membantu masyarakat dan memberantas ketidakadilan.
“Yang pasti kalau kita jadi pengusaha, ingin bantu orang itu terbatas. Misalnya, orang tidak mampu atau miskin datang minta pertolongan itu bermacam-macam. Jadi kalau jadi pengusaha itu bisanya bantu ya terbatas,” kata Ahok panggilan lekatnya.
Selain itu, Ahok pun menekankan bahwa melihat sesuatu itu harus dengan perspektif atau sudut pandang yang benar. Termasuk pula dalam menyelesaikan suatu masalah. Prinsip itulah yang harus dipegang anak-anak muda dalam menghadapi tantangan kehidupan.