BicaraIndonesia.id, Mojokerto – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur kembali menggelar Gerak Jalan Mojokerto-Surabaya (GMS) 2024 sebagai rangkaian peringatan Hari Pahlawan.
Kegiatan tahunan ini dimulai pada Sabtu (14/12/2024) sore hingga Minggu (15/12/2024) pagi, dengan titik start di Jalan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon, Mojokerto.
Sebanyak 6.000 peserta dari berbagai daerah turut memeriahkan acara tersebut. Meski gerimis mengguyur sejak siang, antusiasme peserta tetap tinggi.
Mereka berjalan dengan penuh semangat, membangkitkan kembali nilai-nilai perjuangan yang menjadi tema utama kegiatan ini. Sorak sorai warga di sepanjang rute perjalanan semakin menyemarakkan suasana.
Peserta GMS 2024 tidak hanya berasal dari kalangan pemuda dan perwakilan TNI. Sejumlah lansia juga turut serta, mengenakan kostum ala pejuang kemerdekaan.
Dengan semangat juang yang tak luntur, mereka menempuh perjalanan dari Kota Mojokerto hingga finis di Tugu Pahlawan, Surabaya.
Tidak hanya sekadar berjalan kaki, beberapa peserta tampil mencuri perhatian dengan kostum unik, seperti cosplay hantu hingga tokoh anime dan film aksi, termasuk Spiderman dan Superman. Selain itu, ribuan pesepeda kuno turut memeriahkan acara ini.
Para pesepeda juga mengenakan pakaian ala pejuang kemerdekaan, lengkap dengan aksesori seperti bendera dan replika senapan. Kehadiran mereka menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang menyaksikan.
“Untuk yang kedua ini, banyak yang menanyakan terkait pelaksanaan GMS. Sekarang kita buktikan, ternyata itu sesuatu yang spesial. Animo yang mendaftar luar biasa,” kata Penjabat Gubernur (Pj) Jawa Timur, Adhy Karyono dikutip pada Minggu 15 Desember 2024.
Adhy berharap, GMS tidak hanya menjadi ajang tahunan tetapi juga membawa makna yang mendalam dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Jawa Timur.
Selain pelaksanaannya yang sudah melegenda, GMS juga menjadi napak tilas terhadap perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan. Mereka rela berjalan kaki dari Mojokerto menuju Surabaya demi berperang melawan penjajah.
Menurut dia, napak tilas ini, dapat menjadi pengingat sekaligus pembelajaran bagi generasi muda agar tidak melupakan sejarah bangsa.
Ia juga berharap kegiatan ini menjadi inspirasi untuk membangun Jawa Timur yang berakhlak, maju, berkelanjutan, dan mendunia.
“Bagaimana kita mengingat kembali perjuangan dan juga menghargai kemajuan untuk mencapai kemerdekaan,” tandasnya. ***
Laporan: Dimas AP
Editorial: A1