Bicaraindonesia.id – Israel melakukan ratusan serangan udara di Gaza pada hari Rabu (12/5/2021) waktu setempat. Sementara militan Palestina, menembakkan beberapa serangan roket ke Tel Aviv dan Kota Selatan Beersheba dalam permusuhan paling intens selama bertahun-tahun di kawasan itu.
Reuters melaporkan, setidaknya 43 orang telah tewas di Gaza sejak kekerasan meningkat pada hari Senin (10/5) menurut Kementerian Kesehatan di sana. Sedangkan di Israel, pejabat medis di sana menyatakan, ada enam orang tewas dalam serangan itu.
Di Gaza, sebuah bangunan tempat tinggal bertingkat runtuh setelah Israel memperingatkan penghuninya sebelumnya untuk mengungsi. Bahkan, satu di antaranya lagi rusak berat setelah bangunan itu terkena serangan udara.
Israel mengatakan, pesawat tempurnya telah menargetkan dan menewaskan beberapa pemimpin intelijen kelompok Islam Hamas pada Rabu (12/5) pagi. Bahkan menurut militer di sana, serangan lain menghantam tempat peluncuran roket, Kantor Hamas, dan rumah para pemimpin Hamas.
Pertempuran terberat antara Israel dan Hamas ini terjadi sejak perang tahun 2014 di daerah yang menjadi wilayah Hamas. Hal ini telah meningkatkan kekhawatiran dunia internasional bahwa situasi tersebut bisa lepas kendali.
“Israel sudah gila,” kata seorang pria di jalan Gaza, saat di mana orang-orang lari keluar dari rumah mereka ketika ledakan terdengar, seperti dikutip dari Reuters.
Banyak orang Israel juga menghabiskan malam tanpa tidur. Mereka terganggu dengan bunyi sirene pada jam 3 pagi di Tel Aviv. Sirene itu menandai terjadinya serangan roket di jantung Israel.
“Anak-anak telah lolos dari virus korona, dan sekarang menjadi trauma baru,” kata seorang wanita Israel di kota pesisir Ashkelon dalam rekaman yang ditayangkan oleh televisi Channel 11.
Utusan Perdamaian Timur Tengah PBB, Tor Wennesland mengatakan, PBB bekerja dengan semua pihak untuk memulihkan ketenangan di sana. Bahkan, Mesir telah menghubungi para pemimpin Palestina dan mendesak agar menahan diri.
Rumah warga Gaza berguncang dan langit menyala, karena serangan roket dan rudal Israel. Warga Israel berlari ke tempat penampungan atau berbaring di trotoar di wilayah yang lebih dari 70 km (45 mil) di pantai dari Gaza dan ke selatan Israel ketika ledakan terdengar dari Iron Dome (anti rudal) yang melesat ke langit.
Layanan ambulans nasional Israel menyebut, serangan ini telah menyebabkan seorang warga Israel tewas pada Rabu (12/5) oleh rudal anti-tank yang ditembakkan dari Gaza ke sebuah kendaraan di dekat perbatasan. Sementara dua orang dilaporkan tewas karena roket yang menghantam mobil mereka di Lod, dekat Tel Aviv.
Lod dan kota-kota campuran Arab-Yahudi lainnya, telah dicengkeram oleh demonstrasi atas kekerasan dan ketegangan Gaza di Yerusalem. Di Gaza, 11 orang tewas dalam serangan Israel pada hari Rabu (12/5), seperti dilaporkan pihak Kementerian Kesehatan di sana.
Sayap bersenjata Hamas mengatakan, pihaknya menembakkan 210 roket ke arah Bersyeba dan Tel Aviv semalam sebagai tanggapan atas serangan di gedung-gedung menara di Kota Gaza. Sementara pihak Militer Israel menyebut, sekitar sepertiga roket gagal, mendarat di Gaza.
Bagi Israel, penargetan Tel Aviv, ibu kota komersialnya, menjadi tantangan baru dalam konfrontasi dengan Hamas, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Israel dan Amerika Serikat.
Kekerasan itu menyusul ketegangan berminggu-minggu di Yerusalem selama bulan puasa Ramadan. Ini menyusul terjadinya bentrokan antara polisi Israel dan pengunjuk rasa Palestina di dalam dan sekitar Masjid Al-Aqsa.
Ketegangan ini meningkat menjelang sidang pengadilan (sekarang ditunda) yang dapat menyebabkan penggusuran keluarga Palestina dari rumah Yerusalem Timur yang diklaim oleh pemukim Yahudi.
Kekerasan juga berkobar di Tepi Barat yang diduduki. Sumber medis mengatakan, seorang warga Palestina berusia 16 tahun tewas dalam bentrokan dengan pasukan Israel pada hari Rabu.
“Harga Sangat Mahal”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, militan akan membayar harga yang “sangat mahal” untuk serangan roket tersebut.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan Qatar, Mesir dan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menghubungi pihaknya untuk mendesak ahar menghentikan serangan. Tetapi, pesan kelompoknya kepada Israel adalah: “Jika mereka ingin meningkat, perlawanan siap, jika mereka ingin berhenti, perlawanan sudah siap. . “
Gedung Putih mengatakan, pada hari Selasa (11/5), bahwa Israel memiliki hak yang sah untuk mempertahankan diri dari serangan roket. Namun mereka juga memberikan tekanan kepada Israel atas perlakuan terhadap warga Palestina, dengan mengatakan Yerusalem harus menjadi tempat hidup berdampingan.
Meskipun masalah terbaru di Yerusalem adalah pemicu langsung permusuhan, tapi ini menyebabkan rakyat Palestina menjadi lebih frustrasi karena kemunduran aspirasi mereka untuk sebuah negara merdeka dalam beberapa tahun terakhir.
Ini termasuk pula pengakuan Washington atas sengketa Yerusalem sebagai ibu kota Israel, rencana AS untuk mengakhiri konflik yang mereka anggap menguntungkan bagi Israel, dan pembangunan permukiman.
Israel mengatakan, telah mengirim pasukan dan kendaraan lapis baja untuk memperkuat tank yang sudah berkumpul di perbatasan. Hal ini membangkitkan ingatan tentang serangan darat terakhir Israel ke Gaza untuk menghentikan serangan roket pada tahun 2014 silam.
Para saksi mata mengatakan pesawat Israel menghancurkan markas besar polisi yang dikelola Hamas di kota itu.
Kementerian kesehatan Gaza menyebut, bahwa dari orang-orang yang dilaporkan tewas di daerah Hamas itu, 13 adalah anak-anak. Militer Israel mengatakan, sedang menyelidiki laporan ini dan memprioritaskan adanya korban sipil. (Reuters/A1)