Bicaraindonesia.id, Surabaya – Momen haru mewarnai proses mediasi 11 anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang terlibat kerusuhan suporter sepak bola dengan petugas kepolisian di Jalan Kedung Cowek, Suramadu, Surabaya pada Jumat malam, 31 Mei 2024.
Proses mediasi atau diversi terhadap 11 ABH tersebut, berlangsung di Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Kota Surabaya, Rabu 11 Juni 2024.
Dalam mediasi itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP William Cornelis Tanasale, sepakat untuk memaafkan 11 ABH dan memberikan pembinaan.
Mediasi yang difasilitasi Polres Pelabuhan Tanjung Perak dan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas I Surabaya ini, dihadiri pula oleh para orang tua ABH. Wali Kota Eri dengan tegas meminta para ABH untuk meminta maaf kepada orang tua dan tidak mengulangi perbuatannya.
“Saya memaafkan mereka, karena saya melihat masa depan mereka masih panjang. Karena bagaimanapun masa depan mereka adalah tanggung jawab saya sebagai Wali Kota Surabaya. Saya pastikan mereka tidak akan pernah melakukan hal ini lagi,” kata Wali Kota Eri.
Wali Kota Eri dan Kapolres Tanjung Perak berharap, kejadian ini menjadi pembelajaran bagi para suporter sepak bola untuk tidak mudah terprovokasi oleh konten negatif di media sosial.
“Alhamdulillah Pak Kapolres juga memaafkan, tapi kami menjamin melakukan pembinaan untuk anak-anak. Sehingga ke depan anak-anak ini memiliki wawasan kebangsaan, memiliki attitude (perilaku) yang baik dalam menjaga persatuan,” imbuhnya.
Berdasarkan hasil diskusi Wali Kota Eri bersama Kapolres Tanjung Perak, keduanya sepakat untuk memaafkan 11 ABH tersebut.
“Alhamdulillah Pak Kapolres juga memaafkan, tapi kami menjamin melakukan pembinaan untuk anak-anak. Sehingga ke depan anak-anak ini memiliki wawasan kebangsaan, memiliki attitude (perilaku) yang baik dalam menjaga persatuan,” imbuhnya.
Wali Kota Eri dan Kapolres Tanasale pun kembali mengingatkan para suporter untuk selalu menjaga kondusifitas dan keamanan kota. Keduanya juga meminta para suporter untuk tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
“Kalau ada yang memprovokasi, itu bukan Bonek. Mereka hanya ingin merusak Persebaya dan Surabaya. Mari kita buktikan bahwa HUT Surabaya dan HUT Persebaya ke depan tidak ada kerusuhan,” pesan dia.
Selain memaafkan, Pemkot Surabaya dan Polres Tanjung Perak juga sepakat memberikan pembinaan kepada para ABH. Dalam proses pembinaan, Pemkot Surabaya akan bekerjasama dengan Bapas memfokuskan pada mental dan wawasan kebangsaan.
“Jadi nanti kita bekerjasama dengan Bapas, terkait dengan mental dan wawasan kebangsaan. Tadi disampaikan Bapas, dapat dilakukan pembinaan di lingkungan rumah dan sekolah,” jelasnya.
Di waktu yang sama, Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Iptu M Prasetya mengungkapkan, berdasarkan peraturan perundang-undangan, pihaknya membuka ruang mediasi atau diversi terhadap ABH.
Meski demikian, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Pertama, perbuatan yang dilakukan dengan ancaman pidana kurang dari 7 tahun. Kedua, perbuatan tidak dilakukan berulang. Artinya, 11 ABH tersebut belum pernah melakukan perbuatan yang sama sebelumnya.
“Kami mendapat kabar dari Kepala Bapas bahwa 11 ABH ini juga belum pernah melakukan perbuatan pidana. Kemudian dari hasil asesmen direkomendasikan untuk dilakukan diversi,” kata Prasetya.
Berdasarkan hasil mediasi tersebut, Prasetya menerangkan bahwa Pemkot Surabaya dan Polres Pelabuhan Tanjung Perak sepakat untuk memaafkan 11 ABH.
“Sudah disampaikan oleh Bapak Kapolres Tanjung Perak, kami dari kepolisian memaafkan dan dari Pemerintah Kota Surabaya, dari Bapak Wali Kota memaafkan 11 ABH, dan tidak dilakukan ganti rugi barang yang telah dilakukan pengerusakan,” terangnya.
Sementara itu, Koordinator Bonek Tribun Timur, Hasan Tiro menyampaikan terima kasih kepada Wali Kota Eri atas kebesaran hati dan kepeduliannya dalam menyelesaikan persoalan anak-anak yang terlibat persoalan hukum.
“Terima kasih atas kebesaran hati Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi karena telah membantu adik-adik kami yang terlibat masalah hukum, perihal penyerangan dan kerusuhan antar suporter kemarin,” kata Cak Hasan, panggilan lekatnya.
“Semoga ini adalah kejadian terakhir, agar ke depan tidak terulang kembali hal-hal yang yang bisa merugikan keluarga dan teman-teman yang lain,” sambungnya.
Belajar dari kejadian tersebut, Cak Hasan berharap para suporter bola tidak mudah terprovokasi oleh konten atau informasi apapun di media sosial.
“Provokasi itu dilakukan oleh orang-orang yang ingin memecah belah dan membuat kerusuhan di Surabaya. Pesan untuk teman-teman, bisa belajar dari kejadian ini, provokasi apapun di media sosial, kita serahkan kepada pihak yang berwajib,” pesannya. (*/and/C1)


