Bicaraindonesia.id, Jakarta – Pemerintah berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendorong peran anak muda agar terlibat langsung dalam penanganan krisis iklim dan percepatan transisi energi bersih.
Seruan ini ditekankan dalam webinar bertajuk Youth Actions in Mitigating Climate Change di Jakarta pada Jumat (21/7/2022).
Diskusi ini digagas oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan USAID – Sustainable Energy for Indonesia’s Advancing Resilience (USAID-SINAR) sebagai bagian dari menyukseskan Presidensi G20 Indonesia tahun 2022.
Tenaga Ahli Menteri ESDM sekaligus Chair of Energy Transitions Working Group (ETWG) Yudo Dwinanda Priaadi mengungkapkan, penanganan perubahan iklim membutuhkan keterlibatan anak muda, termasuk masa depan pengelolaan sektor energi.
“Dampak perubahan iklim sudah kita rasakan bersama. Penanganannya tidak bisa ditunda, Selain membangun kesadaran di masyarakat, sudah saatnya anak muda memberikan aksi nyata untuk mencari solusi bersama,” kata Yudo melalui siaran persnya dikutip pada Senin (25/7/2022).
Yudo menjelaskan, perubahan iklim maupun transisi energi yang menjadi isu global mulai banyak diminati oleh generasi milenial dan Z. Ia mengamati fenomena akan maraknya komunitas penggerak maupun usaha rintisan (startup) di bidang EBT.
“Hal tersebut merupakan sinyal yang baik dalam meningkatkan peran anak muda dalam mewujudkan transisi energi Indonesia,” tuturnya.
Saat ini, kata Yudo, pemerintah berkomitmen menurunkan emisi GRK sebesar 29 – 41 persen pada tahun 2030. Pada sektor energi, Indonesia memasang target penurunan emisi GRK sebesar 314-446 Juta Ton CO2 pada tahun 2030, melalui pengembangan energi terbarukan, pelaksanaan efisiensi energi, dan konservasi energi, serta penerapan teknologi energi bersih. “Ini sesuai amanat UU No 16 Tahun 2016 tentang pengesahan Paris Agreement,” tegasnya.
Demi mencapai target penurunan emisi, Kementerian ESDM telah menyusun peta jalan menuju Net Zero Emission (NZE) sektor energi pada tahun 2060 atau lebih cepat dengan bantuan internasional.
“Penyusunan roadmap ini sejalan dengan arah kebijakan energi nasional yaitu melaksanakan transisi energi, dari energi fosil menuju energi bersih ramah lingkungan utamanya pengembangan Energi Baru Terbarukan atau EBT,” ungkapnya.
Peta jalan atau roadmap tersebut, mencakup strategi yang perlu ditempuh oleh Indonesia dari sisi supply dan demand energi untuk menurunkan emisi GRK secara signifikan dan mencapai NZE. Seperti phasing down batubara, implementasi EBTKE secara masif, konversi PLTD ke Pembangkit EBT, serta peningkatan demand listrik melalui pemanfaatan kompor induksi dan kendaraan listrik.
“Kami juga masih melakukan exercise dan simulasi agar dokumen peta jalan NZE sektor energi dapat sejalan dengan upaya penurunan emisi yang ditargetkan oleh KLHK selaku National Focal Point, serta dapat disinergikan dengan peta jalan sektor lainnya,” kata Yudo.
Menurut Yudo, tanggung jawab mewujudkan transisi energi semakin besar seiring terpilihnya Indonesia sebagai Presidensi G20 di Tahun 2022. Terlebih transisi Energi menjadi salah satu isu dari tiga pilar utama dalam mewujudkan target utama dalam forum internasional tersebut, yaitu Recover Together, Recover Stronger – Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat.
“Transisi energi menjadi salah satu isu dari tiga pilar utama dalam mewujudkan target utama dalam forum internasional tersebut, yaitu Recover Together, Recover Stronger,” jelasnya. (SP/A1)