Bicaraindonesia.id, Surabaya – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memasang dekorasi Natal tematik di sejumlah titik strategis sebagai bagian dari upaya menggaungkan toleransi dan kebersamaan menjelang perayaan Natal 2025.
Dekorasi tersebut dipasang di kawasan Balai Kota, Balai Pemuda, Tunjungan, serta sepanjang Jalan Panglima Sudirman hingga Monumen Bambu Runcing, dengan rencana pengembangan ke Jembatan Yos Sudarso.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati DLH Kota Surabaya, Myrna Augusta Aditya Dewi, mengatakan pemasangan dekorasi merupakan bentuk partisipasi aktif Pemkot dalam setiap hari besar keagamaan.
“Di bulan Desember ini ada perayaan Natal. Sejak awal Pemkot Surabaya menggaungkan bahwa Surabaya adalah kota toleransi. Artinya, setiap perayaan keagamaan dirayakan bersama melalui dekorasi tematik yang menyesuaikan,” ujar Myrna salam keterangan tertulis dikutip pada Minggu (7/12/2025).
Dekorasi yang dipasang mencakup ornamen khas Natal seperti pohon Natal, lampu-lampu tematik, dan kado berukuran besar.
Menurut Myrna, simbol-simbol tersebut dipilih untuk merepresentasikan sukacita perayaan Natal. Pemkot juga mengajak sektor swasta, termasuk mal, pusat perbelanjaan, dan hotel, untuk ikut memasang dekorasi guna memperkuat estetika kota.
“Dekorasi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Kami juga mengajak pihak swasta untuk ikut berpartisipasi. Nanti saat Idul Fitri, Idul Adha, dan hari besar lainnya, semangat ini juga terus dijaga,” tambahnya.
Pemkot Surabaya memastikan pemasangan dekorasi tidak menimbulkan persoalan persampahan. Pihak swasta yang turut serta diwajibkan bertanggung jawab atas pembongkaran dekorasi setelah perayaan selesai.
Meski begitu, Myrna menyebut penggunaan bahan ramah lingkungan untuk dekorasi luar ruangan masih menjadi tantangan.
“Ke depan, kami akan terus mendorong pemanfaatan bahan daur ulang untuk beberapa elemen dekorasi, agar aspek lingkungan tetap terjaga,” ungkapnya.
Pemkot berharap dekorasi Natal dapat mempercantik kota sekaligus memberikan dampak positif bagi pariwisata dan perekonomian. Meski memiliki workshop dekorasi sendiri untuk kawasan pemerintahan, tujuan utama tetap menghidupkan ruang publik dan pusat wisata.
“Upaya kita adalah menghidupkan suasana kota agar menjadi daya tarik wisata. Dengan begitu, kunjungan meningkat, aktivitas perdagangan masyarakat ikut bergerak, dan nilai toleransi menjadi fondasi sekaligus magnet pariwisata yang menggerakkan roda perekonomian lokal,” pungkasnya. (*/Pr/C1)


