Bicaraindonesia.id, Jakarta – Angka buta aksara di Indonesia terus mengalami penurunan yang signifikan setiap tahun. Berdasarkan data terbaru, penurunan ini merupakan bukti nyata dari keberhasilan kolaborasi antara pemerintah, satuan pendidikan, dan berbagai komunitas literasi.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (Dirjen Diksi PKPLK) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Tatang Muttaqin, menyampaikan hal tersebut dalam acara Lokakarya Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal serta Soft Launching Hari Aksara Internasional (HAI) 2025 di Serpong, Tangerang Selatan.
Proses penuntasan buta aksara berjalan efektif, terbukti dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) dan Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kemendikdasmen. Data menunjukkan angka buta aksara absolut selama lima tahun terakhir terus menurun.
“Penurunan angka buta aksara tiap tahun turun cukup signifikan. Lima tahun terakhir, angka buta aksara pada penduduk rentang Usia 15-59 Tahun secara nasional dari 1,71% di tahun 2020 menjadi 0,92% di tahun 2024,” terang Tatang melalui keterangan tertulisnya di Jakarta dikutip pada Kamis (11/9/2025).
Untuk mencapai target Indonesia bebas buta aksara, Tatang menekankan pentingnya kolaborasi erat dengan semua pemangku kepentingan. Namun, ia juga menekankan penuntasan buta aksara menjadi pekerjaan rumah bersama untuk mencapai target Indonesia bebas buta aksara.
“Semua harus terus bergerak mengajak masyarakat melek baca dan sadar akan pentingnya literasi. Persoalan buta aksara dan literasi harus kita intervensi dengan baik dengan kolaborasi bersama,” tegasnya.
Senada dengan Tatang, Direktur Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal (PNFI), Baharudin, menjelaskan bahwa Direktorat PNFI telah menyusun strategi intervensi untuk mendukung program ini pada tahun 2025.
Beberapa prioritas yang dijalankan meliputi dukungan Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Keaksaraan dan BOP Pemberdayaan Remaja dan Perempuan Dewasa.
“Bantuan ini bertujuan untuk memperkuat layanan literasi dasar dan mengembangkan keterampilan hidup praktis bagi warga belajar di PKBM dan SKB,” kata Baharurid.
Menurut Baharudin, pemberantasan buta aksara kini tidak hanya fokus pada membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga mengintegrasikan pembelajaran dengan teknologi digital.
“Berbagai kegiatan, termasuk rangkaian webinar, kita selenggarakan untuk menumbuhkan kesadaran bersama bahwa kerja-kerja keaksaraan adalah tanggung jawab bersama,” tegasnya.
Program-program ini menunjukkan komitmen pemerintah dan para pemangku kepentingan dalam meningkatkan literasi dan mempercepat penurunan angka buta aksara di Indonesia. (*/Pr/C1)