Bicaraindonesia.id, Jakarta – Prasasti Yupa yang menjadi bukti kejayaan Kerajaan Kutai sebagai kerajaan tertua di Nusantara, kini didorong untuk diakui sebagai bagian dari Memory of the World UNESCO. Selain nilai sejarah yang tinggi, prasasti ini dianggap memiliki kekuatan budaya, akademis, dan riset yang luar biasa.
Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (OR Arbastra) BRIN, Herry Jogaswara menyebutkan bahwa prasasti Yupa memiliki nilai sejarah dan arkeologi yang sangat penting sebagai bukti eksistensi salah satu kerajaan tertua di Indonesia.
Namun, hingga saat ini prasasti tersebut belum terdaftar resmi dalam program Memory of the World (MoW) atau Warisan Ingatan Dunia dari UNESCO.
“BRIN siap berkolaborasi dengan Kementerian Kebudayaan dan pemerintah daerah untuk memperkuat upaya pelestarian, termasuk pengajuan Yupa ke UNESCO. Pengakuan UNESCO akan menjadi bukti bahwa peradaban Nusantara diakui sebagai bagian penting dari warisan dunia,” ujar Herry dikutip melalui laman resmi BRIN pada Kamis (24/7/2025).
Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Ismunandar menegaskan bahwa pengusulan prasasti Yupa ke dalam daftar Memory of the World sangat strategis.
“Yupa yang berasal dari abad ke-4 Masehi menjadi catatan sejarah yang jauh lebih tua dibandingkan dokumen-dokumen Indonesia lain yang sudah diakui UNESCO,” tegasnya.
Ia menambahkan, dukungan para arkeolog, akademisi, dan lembaga riset sangat diperlukan untuk memperkuat nominasi tersebut. Sosialisasi kepada masyarakat juga penting agar nilai sejarah prasasti Yupa semakin dipahami publik luas.
Kepala Bidang Sosial dan Kependudukan BRIDA Kutai Kartanegara, Tulus Sutopo, mengungkapkan bahwa pemerintah daerah terus berupaya mengembangkan situs Muara Kaman, meski terkendala efisiensi anggaran.
“Pemerintah daerah berkomitmen menjalin kerja sama strategis dengan BRIN untuk menyusun heritage impact assessment sebagai peta jalan pengembangan kawasan situs Muara Kaman,” ujarnya.
Tulus menambahkan bahwa kajian tersebut sangat penting untuk memastikan bahwa setiap langkah revitalisasi situs memiliki dasar ilmiah, arah yang jelas, dan keberlanjutan yang terjaga.
Meski tahun ini belum seluruh rencana dapat dijalankan karena kendala anggaran, BRIDA tetap memprioritaskan upaya pelestarian warisan budaya Kutai di masa depan.
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah (PRAPS-BRIN), Irfan Mahmud, menyebut prasasti Yupa memiliki nilai historis dan linguistik tinggi yang layak masuk nominasi Memory of the World UNESCO.
Ia menjelaskan bahwa dari tujuh prasasti Yupa yang ditemukan di Muara Kaman, baru empat di antaranya berhasil dibaca dengan baik. Sementara tiga sisanya masih perlu kajian epigrafi mendalam.
“Yupa bukan sekadar prasasti tertua di Indonesia, tetapi juga menyimpan grand narrative yang menjembatani perkembangan bahasa Indo-Arya dengan bahasa-bahasa lokal di Nusantara,” jelas Irfan.
Ia menekankan pentingnya penguatan identitas lokal untuk mendukung pengakuan internasional. Beberapa langkah yang didorong termasuk menghadirkan replika Yupa di pusat kota, memperkuat lanskap budaya, dan menghidupkan kembali narasi Kutai Kuno melalui tradisi seperti Erau.
“Yupa adalah aset pengetahuan dan kebanggaan nasional yang tetap relevan hingga masa kini,” tandasnya. (*/B1)