Bicaraindonesia.id – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar pelatihan pembuatan tur virtual kepada para pemandu wisata atau pramuwisata dan pengelola desa wisata. Ini sebagai upaya percepatan adaptasi dan pemanfaatan peluang di masa pandemi COVID-19, sekaligus mendorong percepatan transformasi SDM pariwisata berbasis digital.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Wisnu Bawa Tarunajaya mengatakan, pandemi COVID-19 menuntut SDM pariwisata untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru dan bertransformasi ke arah digital, salah satunya dalam memandu wisata.
“Maka, sebagai upaya percepatan adaptasi baru, untuk bertransformasi dari manual menjadi digital, diperlukan peningkatan pemahaman dan pembekalan dalam penguasaan teknologi bagi para pramuwisata dan pengelola desa wisata, agar mereka tetap produktif dan dapat bersaing secara digital,” kata Wisnu dalam siaran pers laman Kemenparekraf, Sabtu (29/8/2020).
Sebelumnya, pada Rabu (26/8/2020), Wisnu membuka pelatihan tersebut secara resmi. Pelatihan tur virtual ini dilakukan secara online atau daring dan terbagi dalam dua tahap berdasarkan wilayah regional. Yaitu regional I (Sumatera dan Jawa) dan regional II (Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT, NTB, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat).
Untuk tahap I, diberikan bagi pramuwisata dan pengelola desa wisata wilayah Regional II, dengan durasi waktu selama 10 hari untuk masing-masing Batch (4 Batch). Pelatihan untuk tahap I ini berlangsung dari 26 Agustus hingga 25 September 2020.
Dalam pelatihan virtual tour ini, pramuwisata dan pengelola desa wisata dibekali materi terkait teknik dasar memandu secara digital sampai dengan strategi pemasarannya.
Menurut dia, virtual tour ini sebagai nilai positif yang dapat diambil dari dampak pandemi COVID-19, berupa tambahan sarana berwisata atau promosi destinasi wisata serta sebagai salah satu alternatif bidang pekerjaan.
“Virtual tour ini sifatnya bukan menggantikan wisatawan untuk berwisata secara langsung, akan tetapi sebagai bentuk diversifikasi dari produk atau sarana yang sudah ada, misalnya untuk mengenalkan dan memberikan gambaran awal bagi wisatawan tentang destinasi yang akan dikunjungi,” kata Wisnu.