BicaraIndonesia.id, Surabaya – Pemkot Surabaya mengajak para pelajar untuk menciptakan ketentraman dan ketertiban di Kota Pahlawan. Salah satu upaya itu dilakukan pemkot melalui program Roadshow Satpol PP Goes To School.
Dimana melalui program ini, Satpol PP Surabaya melakukan sosialisasi dan edukasi langsung kepada para pelajar di sekolah. Seperti yang berlangsung di SMA Hang Tuah 4 Surabaya, Selasa, 1 Agustus 2023.
Sejumlah narasumber turut hadir dalam agenda kali ini. Di antaranya, Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Surabaya Rini Indriyani hingga Kepala Satpol PP Surabaya Eddy Christijanto.
Eddy menjelaskan, Roadshow Satpol PP Goes To School bersama Duta Trantibum mengajak para pelajar untuk tertib dan menaati aturan sekolah.
Ajakan itu sebagai upaya membantu pemkot menciptakan ketentraman dan ketertiban di Kota Pahlawan. Yakni, dengan mengusung slogan “Duta Trantibum Surabaya No Tawuran, No Balapan, No Mabuk-Mabukan, dan No Bullying”.
“Ketika mereka melakukan pelanggaran maka ada sanksi, ada akibat, dampak sosial, hingga dampak psikologisnya seperti apa. Kolaborasi antara sekolah dan Pemkot Surabaya ini bertujuan menjadikan anak-anak untuk lebih baik,” kata Eddy dalam keterangan tertulisnya, seperti dikutip pada Rabu, 2 Agustus 2023.
Eddy mengaku, setiap hari Satpol PP di 31 kecamatan Surabaya terus melakukan operasi penertiban anak-anak yang bolos sekolah. Para pelajar yang kedapatan bolos sekolah itu biasanya terjaring saat berada di warung kopi.
“Biasanya kita amankan lebih dari 15 anak dalam sehari. Anak-anak yang bolos sekolah itu beralasan karena jam pelajaran kosong dan itu kami tidak percaya karena itu alasan klasik. Tapi sekarang eskalasinya sudah mulai turun,” ungkap dia.
Selain itu, jika kedapatan anak yang berambut panjang saat terjaring operasi penertiban, maka Satpol PP Surabaya akan merapikan. Termasuk memberikan edukasi mengenai akibat dan dampak negatif dari memasang tindik dan tato.
“Kalau rambutnya panjang kita rapikan, tidak digundul karena mereka bisa malu dan sama saja dengan membully, ketika dirapikan mereka akan terkesan,” jelasnya.
“Termasuk tindik dan tato, kalau mereka sudah melakukan itu, 50 persen akan kehilangan pekerjaan. Serta tidak bisa mendaftarkan diri di ASN, Polri, TNI, IPDN, Satpol PP dan sebagainya,” sambungnya.
Menurut dia, saat proses pembinaan kepada pelajar yang terjaring razia, pihaknya juga berkoordinasi dengan Perangkat Daerah (PD) lainnya. Seperti di antaranya, memberikan pendampingan psikolog dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-P2KB) Surabaya.
“Anak-anak yang kita amankan, dilakukan outreach oleh DP3A lewat psikolog untuk mengetahui apa masalahnya. Ada yang ringan, sedang, dan parah. Kalau parah biasanya permasalahan keluarga karena mereka seperti tidak diperhatikan,” katanya.
Meski demikian, untuk pelaksanaan Roadshow Satpol PP Goes To School, Eddy menyampaikan, Satpol PP Surabaya telah melakukan edukasi dan sosialisasi pada jenjang pendidikan di tingkat SD, SMP, dan SMA sederajat.
“Alhamdulilah respons dari sekolah luar biasa dan mereka semua mendukung. Maka, jika ada sekolah yang ingin dikunjungi bisa segera menyampaikan kepada Satpol PP,” pungkasnya. ***
Editorial: B1
Source: Kominfo Surabaya