Bicaraindonesia.id – Setelah menempuh jarak sekitar 6.524 Nautical Mill selama kurang lebih 30 hari pelayaran, KRI Sultan Hasanuddin-366 dari jajaran Satuan Kapal Eskorta Koarmada II bersama Satgas Maritime Task Force (MTF) TNI Konga XXVIII-L Unifil/2019 akhirnya tiba di Kota Surabaya, Sabtu (22/5/2021).
Kedatangannya KRI Sultan Hasanuddin-366 ini disambut meriah dalam acara penyambutan dengan menerapkan disiplin protokol kesehatan ketat. Kegiatan penyambutan ini berlangsung di Dermaga Ujung Markas Koarmada II.
Kedatangan para prajurit pilihan inipun disambut langsung oleh Panglima Koarmada II, Laksda TNI Iwan Isnurwanto, didampingi oleh Danpuspenerbal, Kadispsial, dan Danpuskopaska.
Turut hadir pula, Ketua Daerah Jalasenastri Armada II Ny. Dewi Iwan Isnurwanto, serta para pejabat utama dan Kasatker Koarmada II. Bahkan, keluarga tercinta yang menanti kedatangan mereka dengan penuh antusias dan sukacita setelah berpisah 16 bulan, turut hadir dalam acara penyambutan.
KRI Sultan Hasanudin-366 dikomandani oleh Letkol Laut (P) Ludfy, yang sekaligus merupakan Komandan Satgas MTF Konga XXVIII-L UNIFIL. KRI ini mengemban misi perdamaian di Lebanon sejak Agustus 2019 hingga Mei 2021.
Satgas ini berjumlah 119 prajurit yang terdiri dari 113 pengawak KRI, 1 Perwira Intelijen, 1 Perwira Psikologi, 1 Dokter Militer, 1 Perwira Penerangan, 1 Kopaska, dan 1 Penyelam TNI AL.
Selama menjalankan tugasnya sebagai Pasukan Perdamaian PBB, KRI Sultan Hasanudin-366 memiliki tugas membantu Lebanese Armed Forces (LAF) Navy untuk mencegah masuknya senjata atau peralatan terkait lainnya menuju Lebanon secara ilegal melalui laut. Selain itu mereka juga melatih LAF Navy untuk dapat melaksanakan operasi keamanan maritim di wilayah laut teritorialnya.
Dalam keterangan persnya kepada media, Pangkoarmada II, Laksda TNI Iwan Isnurwanto mengungkapkan, selama melaksanakan tugasnya dibawah komando Letkol Ludfy, KRI SHN telah menerima tiga kebanggaan yang sulit didapat negara pendukung MTF yang lain.
“Yang pertama adalah sebagai Satgas yang pertama kalinya mendapatkan UN Medal dan diberikan langsung oleh Komandan MTF. Kemudian yang kedua, sebagai satu-satunya kapal perang yang pada akhir masa tugasnya dilepas langsung oleh Komandan MTF. Dan yang ketiga secara keseluruhan, performance evaluation report dari satgas MTF TNI Konga-XXVIII/Unifil mendapat rating Outstanding atau luar biasa, dan ini dilaporkan ke headquarter-nya PBB,” kata Laksda Iwan Isnurwanto.

Tentunya hal ini merupakan sebuah kebanggaan bagi Bangsa dan Negara. Sebab, suatu kebanggaan tidak akan bisa dicapai tanpa adanya kinerja dan performance yang maksimal.
“Ini merupakan kebanggaan yang tidak mungkin dicapai orang lain tanpa adanya kinerja dan performance yang sangat maksimal. Ini kebanggaan bagi TNI Angkatan Laut, bagi TNI dan juga bagi negara,” tegas Pangkoarmada II.
Pangkoarmada II juga mengungkapkan, bahwa tugas diplomasi yang diemban oleh TNI AL untuk membantu menjaga perdamaian dunia, dilaksanakan secara berkesinambungan. Karenanya, sebelum kembali ke Indonesia, tugas KRI Sultan Hasanuddin sudah digantikan oleh KRI Sultan Iskandar Muda-367 yang proses pergantiannya harus dilaksanakan di perairan Lebanon.
“Ini sangat penting disampaikan, sehingga mengapa TNI khususnya TNI AL sangat concern sangat mengevaluasi kesiapan-kesiapan dalam melakukan tugas ini (MTF Unifil Lebanon). Sehingga tidak hanya sekadar hadir di sana tapi memberikan hasil yang optimal yang bisa dipandang oleh seluruh dunia bahwa kita mampu untuk bisa melaksanakan tugas-tugas diplomasi, tugas-tugas yang memang diembankan oleh tidak hanya aturan di dalam TNI/TNI AL tetapi juga undang-undang di Indonesia yang termaktub langsung dalam pembukaan UUD 1945,” pungkas orang nomor satu di jajaran Koarmada II ini.
Sementara itu, selain meriah dengan hadirnya atraksi udara empat pesawat Bonanza dari Skuadron 200 Wing Udara 1 Puspenerbal, ada yang menarik dalam acara penyambutan kali ini.
Yakni, manakala momen pertemuan dengan keluarga berlangsung, para prajurit yang telah berbaris rapi di dermaga tidak bisa langsung bersua dengan keluarga.
Sebab, dengan wajah tertutup masker beserta topeng dan tidak adanya papan nama yang digunakan, keluarga harus berupaya mengenali satu per satu prajurit untuk menemukan orang yang mereka cintai. (Dispen Koarmada II / A1)