Bicaraindonesia.id – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan Seksi 1-3 Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) sepanjang 33 kilometer dapat dilalui fungsional pada arus mudik lebaran tahun 2020.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, Danang Parikesit mengatakan, untuk penyelesaian konstruksi keseluruhan sepanjang 61,5 kilometer, ditargetkan rampung akhir tahun 2020.
“Kami optimis akhir tahun 2020, Tol Cisumdawu bisa rampung. Untuk arus mudik 2020, Seksi 1-3 diharapkan sudah bisa dilalui fungsional yakni sampai Sumedang. Pada Lebaran tahun 2019, juga sudah kita buka, namun hanya sampai terowongan di Rancakalong,” kata Danang, Kamis (05/09/19).
Pembangunan Jalan Tol Cisumdawu dikerjakan bersama oleh Pemerintah dan Badan Usaha. Pemerintah memberikan dukungan konstruksi Seksi 1 dan 2 sepanjang 29 kilometer untuk meningkatkan kelayakan investasi.
Pendanaan untuk porsi Pemerintah menggunakan dana APBN rupiah murni dan pinjaman Pemerintah China. Seksi 3-6 sepanjang 32,8 kilometer, dikerjakan oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT. Citra Karya Jabar Tol (CKJT) dengan nilai investasi sebesar Rp8,41 triliun.
Pembebasan lahan menjadi kendala dalam pembangunan ruas tol ini. Untuk mempercepat pengadaan lahan, Kementerian PUPR melalui Satker Pembangunan Tol Cisumdawu, Ditjen Bina Marga terus meningkatkan koordinasi dengan instansi lain, yaitu Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Sumedang, Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan instansi terkait lainnya.
Menurut Danang, permasalahan pembebasan lahan sudah dilaksanakan sesuai prosedur. Apabila tidak terjadi kesepakatan harga lahan yang telah ditetapkan oleh penilai independen dilakukan konsinyasi atau titip uang ganti rugi di pengadilan.
“Sebagaimana arahan Bapak Menteri Basuki bahwa Kementerian PUPR membantu Pemerintah Daerah meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerahnya, sehingga Pemda yang berada didepan, kami yang membantu,” ujar Danang.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI, Ditjen Bina Marga, Kementerian PUPR, Hari Suko mengungkapkan, selain lahan, pembangunan tol ini juga menghadapi medan berat berupa kawasan lembah perbukitan, sehingga dilakukan pekerjaan penggalian dan penimbunan.
“Terdapat lintasan kritis sekitar 1 kilometer berupa pekerjaan galian setinggi 70 meter yang masih terdapat lahan yang belum bebas dan saat ini akan dilaksanakan eksekusi konsinyasi yang ditargetkan dalam waktu dekat ini, volume galian tersebut masih 5 juta m3 kubik sehingga memakan waktu yg cukup lama,” kata Hari Suko.
Kendala tersebut mengakibatkan konstruksi fase II semula selesai pada September 2019 ini akan diperpanjang pada September 2020.
Sementara itu, Direktur Teknik PT CKJT, Bagus Meidi menyampaikan, perusahaannya tidak hanya berkewajiban membangun Seksi 3-6, tetapi juga menyediakan dana talangan untuk pembebasan lahan pada keseluruhan seksi tol Cisumdawu.
“Untuk saat ini kami baru mengggarap Seksi 3. Untuk Seksi 4-6, kami masih menunggu pembebasan lahan.
Saat ini, lanjut Bagus, dana yang dianggarkan di LMAN sekitar Rp 2,5 triliun, namun perkiraan itu bisa meningkat. Saat ini kami masih menunggu persetujuan dari BPJT dan LMAN untuk revisi plafon dana talangan yang akan dibayarkan pada tahun anggaran ini yang hanya dianggarkan sekitar 700 Milyar.
Kehadiran Tol Cisumdawu akan memperlancar akses kendaraan dari Bandung yang menuju Bandara Kertajati di Majalengka dan mendukung pengembangan kawasan “segitiga emas” Cirebon-Subang-Majalengka (Rebana) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Tol Cisumdawu juga akan menjadi salah satu tol dengan pemandangan yang sangat indah seperti Tol Bawen-Salatiga karena menyuguhkan panorama pegunungan di Bumi Priangan.