Bicaraindonesia.id – Baru-baru ini, sebuah studi terbaru menyatakan, akan ada ancaman yang segera ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap lapisan es di negara-negara tropis.
Tak banyak yang mengetahui, meski berada di garis khatulistiwa dan beriklim tropis, Indonesia memiliki Gletser. Itu berada di Puncak Pegunungan Jaya Wijaya, Papua. Sayangnya, dalam berita yang diulas Rappler, gletser itu bakal meleleh dengan cepat.
Para ahli memperkirakan, geltser Indonesia akan mencair sehingga bisa menghilang dalam satu dekade. Sebuah studi terbaru mengatakan, akan ada ancaman yang segera ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap lapisan es di negara-negara tropis.
Ketika pertemuan COP 25 berakhir di Madrid, negara-negara berjuang untuk menyelesaikan aturan untuk perjanjian iklim Paris 2015, yang bertujuan untuk membatasi kenaikan suhu global.
Ribuan kilometer jauhnya, gletser di pegunungan di wilayah Papua dan beberapa lainnya di Afrika dan Andes Peru, mendapatkan peringatan dini tentang melelehnya gletser. Sehingga, mereka harus siap dengan apa yang mungkin dihadapi jika itu sungguh-sungguh terjadi.
“Karena ketinggian yang relatif rendah dari gletser (Papua), ini akan menjadi yang pertama,” kata Lonnie Thompson, salah satu penulis penelitian yang diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences.
Musim panas ini, Islandia berduka atas mencairnya Okjokull, gletser pertamanya akibat perubahan iklim, di tengah peringatan bahwa sekitar 400 lainnya di pulau subarctic berisiko memiliki nasib yang serupa.
Sementara itu, sebuah tim peneliti di Swiss, memperingatkan bahwa emisi gas rumah kaca yang tidak terkendali dapat melihat lebih dari 90 persen gletser di Pegunungan Alpen menghilang pada akhir abad ini.
Akibat dari cepatnya proses pencairan gletser, terutama lapisan es di Greenland dan Antartika akan mendorong kenaikan permukaan laut, mengancam kota-kota besar pesisir dan negara-negara pulau kecil. Gletser juga merupakan sumber air utama bagi puluhan juta orang.
GLETSER TROPIS
Tolok ukur mencairnya gletser biasanya dikaitkan pada negara-negara yang memiliki pegunungan es dan bercuaca lebih dingin. Namun, mencairnya gletser di wilayah tropis seperti di Indonesia, merupakan penanda utama dampak kenaikan suhu global.
“Gletser tropis lebih kecil besarannya dan karenanya waktu respons mereka terhadap perubahan iklim lebih cepat dibandingkan dengan gletser dan lapisan es yang lebih besar,” kata Glasiolog Donaldi Permana yang juga seorang penulis studi tersebut.
Sebelumnya, ada sebuah perkiraan yang menunjukkan bahwa gletser Papua telah menyusut sekitar 85 persen dalam beberapa dekade terakhir.
Studi terbaru menyebutkan, gletser yang pernah menutupi sekitar 20 kilometer persegi telah menyusut menjadi kurang dari setengah kilometer persegi. Ada juga peningkatan lebih dari lima kali lipat dalam tingkat penipisan es selama beberapa tahun terakhir.
“Situasi telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan karena pembentukan es tidak lagi terjadi – hanya resesi gletser. Gletser dalam bahaya dan menghilang dalam kurun waktu kurang dari satu dekade,” kata Permana.
Pencairan gletser juga telah diperburuk oleh fenomena El Nino, yang menyebabkan suhu lebih hangat dan curah hujan berkurang.
“Mengurangi emisi gas rumah kaca dan menanam lebih banyak pohon mungkin dapat memperlambat resesi es di Papua,” ujar Permana.
Namun, mereka percaya akan sangat sulit untuk mencegah gletser tersebut mencair. Selain dampak lingkungan, hilangnya gletser juga akan menjadi kerugian budaya bagi beberapa orang asli Papua yang menganggap mereka suci.
“Gunung dan lembah adalah lengan dan kaki dewa mereka dan gletser adalah kepala,” kata Thompson, seorang profesor di Ohio State University.
Editor: A1
Source: Rappler