Bicaraindonesia.id – Masalah kelangkaan oksigen bukan hanya terjadi di rumah sakit tetapi juga pada mereka yang sedang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah. Hal ini tentu menjadi perhatian pemerintah untuk dapat segera mengatasi persoalan tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengakui bahwa saat ini telah terjadi sedikit panic buying di masyarakat. Mereka panik sehingga membeli oksigen dan menyimpannya di rumah untuk berjaga-jaga. Dalam situasi itu, Menko PMK mengapresiasi gerakan sedekah oksigen yang diinisiasi masyarakat.
“Untuk mereka yang kebetulan oksigennya belum terpakai, kalau ada tetangganya yang membutuhkan, mengulurkan tangan untuk bisa menyumbangkan atau meminjamkan oksigen yang ada di rumahnya masing-masing,” kata Menko PMK dalam keterangan tertulisnya, Minggu (11/7/2021).
Muhadjir menilai, cara itu cukup efektif, mengingat pemerintah saat ini masih tengah mengupayakan pemenuhan kebutuhan oksigen terutama untuk rumah sakit yang merawat pasien Covid-19 dan tempat-tempat isolasi kolektif.
Namun menurutnya, tak kalah penting rumah sakit ataupun pihak-pihak yang bertanggung jawab harus lebih dahulu memastikan mereka yang dirujuk untuk melakukan isoman benar-benar yang memiliki gejala ringan atau OTG dan tidak memiliki kemungkinan eskalasi dari penyakit yang diderita.
Sementara itu, Koordinator Gerakan Sejuta Tes Alif Iman Nurlambang menyatakan, masyarakat sudah banyak yang melakukan gotong-royong membantu meminjamkan oksigen kepada mereka yang sedang membutuhkan.
“Sekarang ini kami justru cukup respect. Kita patut gembira karena sebetulnya mereka sudah melakukan gerakan sedekah itu. Bagi yang tidak punya uang, kita belikan tabung kemudian dipinjamkan kepada mereka,” tuturnya.
Meskipun demikian, Alif menyebut, fakta di lapangan selama empat hari terakhir telah terjadi kenaikan harga yang sangat melambung. Dari harga normal yang semula Rp250 ribu naik hingga menjadi Rp 800 ribu sampai Rp1,3 juta.
Saling Bantu Antarnegara
Bukan hanya pemerintah dan seluruh masyarakat di Tanah Air, Pemerintah Singapura juga ikut membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan untuk Indonesia. Mulai dari isotank, oksigen liquid, dan oksigen konsentrator yang dapat dipergunakan di rumah sakit
“Karena itu bentuknya portabel jadi bisa dipakai untuk RS-RS di daerah. Untuk yang 5 liter atau 10 liter bisa dipakai untuk 3 atau 6 pasien,” kata Duta Besar RI untuk Singapura, Suryo Pratomo.
Menurut dia, bahwa apa yang dilakukan Singapura melalui pemberian bantuan itu merupakan bagian dari wujud kolaborasi antar dua negara bersahabat. Selain juga karena upaya global untuk mengatasi pandemi Covid-19.
Sebagaimana sering disampaikan Menko PMK, pandemi tidak akan berakhir kalau tidak semua negara bisa sama-sama keluar dari situasi Covid-19. Selama masih ada negara yang tersisa atau belum selesai bisa menjadi sumber penularan bagi negara-negara lain.
“Itu juga yang menjadi alasan dari kerja sama ini. Singapura sekali lagi hadir untuk memberikan bantuan dan melihat kasus-kasus yang terjadi di Indonesia. Mudah-mudahan dengan saling bekerja sama dan membantu, pandemi akan segera berakhir,” tandasnya.
Seraya menyambut baik, Menko PMK menghaturkan terima kasih atas bantuan Singapura. Dia menyebut, bantuan yang sudah datang dari negara tetangga itu ada 756 oksigen silinder, 600 oksigen konsentrator, 220 ventilator. Di samping juga Indonesia memesan 10 ribu unit oksigen penetrator dan sudah 30 unit yang datang.
“Ini pasti karena kerja keras Duta Besar yang ada di Singapura dan Ibu Menteri Luar Negeri. Mudah-mudahan semuanya berjalan lancar dan yakinlah karena Indonesia ini negara baik suka menolong saat negara-negara tetangga membutuhkan, pastilah juga akan banyak yang menolong saat mendapatkan kesusahan,” pungkas Muhadjir. (hms /A1)