Bicaraindonesia.id, Jakarta – Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menargetkan ibu kota masuk dalam jajaran 50 kota terbaik di dunia pada 2030 dan naik ke peringkat 20 besar pada 2045.
Hal itu disampaikan Gubernur Pramono, saat menerima kunjungan Centre for Liveable Cities of Singapore di Balai Kota Jakarta, Senin (6/10/2025).
Menurut Pramono, Jakarta dan Singapura menghadapi tantangan serupa sebagai kota besar yang tumbuh pesat. Karena itu, keduanya memiliki tanggung jawab bersama untuk memastikan kota yang layak huni, berkelanjutan, dan tangguh bagi generasi mendatang.
“Kami menargetkan Jakarta masuk dalam 50 kota terbaik di dunia pada 2030, dan menjadi bagian dari 20 besar pada 2045,” ujar Pramono seperti dikutip melalui siaran persnya di Jakarta pada Selasa (7/10/2025).
Ia menegaskan, ambisi tersebut tidak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari aspek keberlanjutan, ketahanan, dan inklusivitas.
“Kami berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 30 persen pada 2030, dengan target yang lebih ambisius, yakni 50 persen, serta mewujudkan net zero emission pada 2050,” paparnya.
Pramono menyebut, Pemprov DKI menyiapkan sejumlah langkah untuk mencapai target itu. Salah satunya dengan mengubah seluruh armada bus Transjakarta menjadi bus listrik pada 2030, serta mendesain ulang jalan kota agar lebih ramah bagi pejalan kaki dan pesepeda.
Transformasi juga dilakukan dengan memperluas jangkauan sistem Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta hingga kawasan Jabodetabek. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan konektivitas antarwilayah, mengurangi kemacetan, dan mendorong mobilitas perkotaan berkelanjutan lintas kota.
Selain di sektor transportasi, Pemprov DKI juga fokus pada pengelolaan sampah dan efisiensi energi. Pemerintah tengah membangun fasilitas waste-to-energy untuk menekan emisi metana dari tempat pembuangan akhir, melakukan retrofitting bangunan publik agar hemat energi, serta memperluas ruang terbuka hijau.
Salah satu contohnya adalah revitalisasi Taman Bendera Pusaka di Jakarta Selatan yang kini terintegrasi dengan jaringan transportasi publik.
“Jakarta telah membuka lima taman yang beroperasi 24 jam untuk masyarakat, yakni Taman Lapangan Banteng, Taman Menteng, Taman Langsat, Taman Ayodya, dan Taman Literasi Martha Christina Tiahahu. Upaya ini menjadi langkah nyata dalam memperluas ruang hijau kota,” ujar Pramono.
Pramono mengakui, seiring pertumbuhannya menuju kota global, Jakarta menghadapi tantangan iklim yang kompleks. Mulai dari ketergantungan energi fosil, rendahnya pemanfaatan energi terbarukan, hingga ancaman perubahan iklim dan degradasi lingkungan.
Namun, ia menilai tantangan tersebut sekaligus menjadi peluang bagi Jakarta untuk mengembangkan energi bersih, mempercepat elektrifikasi transportasi, serta memperluas penerapan standar bangunan hijau.
“Melalui inovasi tersebut, diharapkan Jakarta mampu mengubah tantangan iklim menjadi sumber pertumbuhan dan ketahanan kota,” tegasnya. (*/Pr/C1)