Bicaraindonesia.id, Surabaya – Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Surabaya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan masing-masing.
Imbauan ini disampaikan sebagai upaya kolektif menolak segala bentuk tindakan anarkis dan premanisme, terutama di tengah maraknya demonstrasi yang melibatkan pelajar.
Ketua FPK Kota Surabaya, Hosli Abdullah, menekankan pentingnya menjaga suasana kondusif di Kota Pahlawan. Menurutnya, FPK yang terdiri dari 27 suku dan dua etnis, memiliki peran penting dalam menjaga persatuan serta menolak tindakan merusak.
“Kami mengimbau kepada seluruh warga Kota Surabaya agar tetap menjaga lingkungan sekitar, dan menjaga putra-putri supaya tidak mengikuti demo yang berpotensi menimbulkan kerusuhan,” ujar Hoslih dalam keterangan tertulis dikutip pada pada Senin (1/9/2025).
Ia menambahkan, aksi demonstrasi yang diikuti pelajar maupun mahasiswa dikhawatirkan bisa disusupi oknum dengan tujuan merusak, menjarah, hingga mengganggu aktivitas sosial masyarakat.
“Ini harus dijaga agar tidak terjadi kegaduhan di Kota Surabaya, yang arahnya bukan lagi demo tapi merusak dan mengambil yang bukan haknya,” tegas Cak Dul, sapaan lekatnya.
Hal senada juga disampaikan Plt Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Surabaya, M Fikser. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan.
“Kami mengajak seluruh warga untuk saling peduli dan menjaga kampungnya masing-masing. Ini adalah Kota Pahlawan, kota yang penuh semangat gotong royong dan kekeluargaan. Mari kita tolak semua kegiatan yang bersifat anarkis, premanisme, dan pelanggaran hukum,” ujarnya.
Fikser menekankan pentingnya Pengamanan Swakarsa (PAM Swakarasa) sebagai garda terdepan menjaga keamanan kampung. Ia mendorong RT/RW, pemuda, serta tokoh masyarakat agar berperan aktif menggalang solidaritas warga.
“Setiap kampung harus menjadi benteng pertama menjaga kondusivitas. PAM Swakarasa perlu diperkuat agar keamanan tidak hanya bergantung pada aparat, tetapi juga tumbuh dari kepedulian warga itu sendiri,” tegasnya.
Selain itu, Fikser menekankan peran penting keluarga, khususnya orang tua, dalam mengawasi anak-anak, terutama pelajar SMA dan SMK.
“Orang tua harus memastikan anak-anak tidak terjerumus dalam kegiatan yang tidak bermanfaat atau bahkan merugikan. Kepedulian orang tua adalah kunci untuk mencegah generasi muda ikut-ikutan dalam aksi yang dapat menimbulkan keresahan,” katanya.
Fikser juga mengajak Ormas, LSM, komunitas, hingga organisasi keagamaan dan budaya di Surabaya untuk menjaga kondusifitas kota. Ia menegaskan Surabaya sebagai rumah bersama yang harus dijaga tanpa memandang asal-usul, agama, bahasa, maupun status sosial.
“Semangat kebhinekaan adalah kekuatan utama kita untuk membangun Surabaya yang maju, humanis, dan berkeadilan. Mari kita teguhkan komitmen untuk menolak diskriminasi, intoleransi, maupun kekerasan berbasis identitas,” ujarnya.
Ia juga menegaskan pentingnya memperkuat dialog, kolaborasi, dan gotong royong seluruh elemen masyarakat. Peran tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi, dunia usaha, hingga generasi muda dinilai krusial dalam memperkuat budaya toleransi.
“Surabaya harus tetap menjadi ruang hidup yang aman, nyaman, sejahtera, dan ramah bagi semua. Inilah rumah kita bersama, rumah yang membanggakan, dan harus terus kita jaga bersama,” pungkasnya. (*/An/C1)