BicaraIndonesia.id, New York – Menteri Sosial Republik Indonesia, Tri Rismaharini, disambut hangat oleh Emilia Saiz, perwakilan Global Taskforce of Local and Regional Governments (GTF LRG) dan Sekretaris Jenderal UCLG, di Markas Besar PBB.
Kehadiran Mensos Risma, yang sebelumnya dikenal sebagai Wali Kota Surabaya, dianggap sebagai momen istimewa yang membanggakan.
“Kita sambut teman yang langka dan membanggakan yang kembali ke ruangan ini sebagai Menteri Sosial Republik Indonesia setelah sebelumnya berkiprah sebagai Wali Kota Surabaya,” ujar Emilia Saiz saat membuka sidang sesi ke-3 forum pertemuan tingkat tinggi (High Level Political Forum / HLPF) yang digagas PBB.
Acara ini diselenggarakan oleh GTF LRG, berkolaborasi dengan Departemen Ekonomi dan Sosial PBB (UNDESA), serta didukung oleh UCLG, UN Habitat, dan UNDP di New York pada Kamis 11 Juli 2024.
HLPF bertujuan untuk membumikan, melokalkan, dan mempercepat pencapaian Sustainable Development Goals 2030 (SDGs 2030).
“Dunia yang akan kita tinggali dan tinggalkan pada anak cucu kita ditentukan oleh kesungguhan dan komitmen kita bersama. Tidak ada yang dapat hidup sendiri di muka Bumi,” ujar Lotta Tahtinen, Chief Outreach and Partnership, UNDESA dalam pembukaan forum.
Peran Aktif Tri Rismaharini
Sebagai Wali Kota Surabaya dari 2010 hingga 2020, Risma aktif dalam kolaborasi internasional, baik sebagai Presiden United Cities and Local Governments (UCLG) Asia Pasifik maupun Wakil Presiden UCLG Dunia.
Pada Juli 2016, Surabaya menjadi tuan rumah The Third Session Preparatory Committee for UN Habitat III (PrepCom3), yang dihadiri oleh 3.500 peserta dari 116 negara.
PrepCom3 UN Habitat III merupakan pertemuan terakhir sebelum UN Habitat III di Quito, yang menghasilkan Sustainable Development Goals 2030 (SDGs 2030). Risma hadir sebagai pembicara dalam belasan sesi dan dianugerahi Alumni Terbaik dari Erasmus University di Pavilion Belanda.
Keaktifan Risma dalam UCLG dan UN Habitat serta agenda internasional lainnya memberikan Surabaya tempat yang kuat di hati para pemimpin daerah dan regional di seluruh dunia.
“Kita semua tetap mengingat beliau sebagai sosok yang berorientasi pada aksi nyata dalam memajukan warganya dan sangat tepat sebagai Menteri yang menangani masalah sosial,” imbuh Emilia Saiz.
Dalam kesempatan ini, Mensos Risma menyampaikan optimisme dalam menangani kemiskinan dan mencegah kelaparan. “Kami percaya dengan bekerja sama, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik untuk semua,” kata Mensos Risma.
Mensos Risma menjelaskan bahwa Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) di Indonesia diperbarui minimal sekali setiap bulan oleh pemerintah daerah. Hal ini memudahkan perancangan solusi yang tepat untuk mengurangi pengeluaran keluarga dan meningkatkan pendapatan mereka.
“Data yang akurat akan membuat penyaluran program pengentasan kemiskinan dilakukan lebih efektif dan efesien. Inklusif tanpa kemiskinan dan kelaparan. No one left behind,” ujar Mensos Risma.
Program permakanan gratis bagi lansia dan penyandang disabilitas yang tinggal sendiri, didukung oleh kelompok masyarakat setempat. Selain itu, Kemensos menyediakan tiga rusun sewa murah dengan biaya hanya Rp10 ribu per bulan dan telah merenovasi atau membangun hampir 16.000 rumah baru dalam tiga tahun terakhir.
Untuk mengatasi masalah aksesibilitas, Kementerian Sosial (Kemensos) memanfaatkan teknologi sebagai enabler, seperti bus sekolah, kapal sekolah, sepeda motor listrik, hingga pembelajaran melalui broadband learning center.
Juga disediakan akses air bersih melalui mesin pengolah air (SWRO – Sea Water Reverse Osmosis) yang dijalankan dengan tenaga surya, dari Aceh hingga Papua, serta dari Siau hingga Rote Ndao.
Sebagai informasi, Indonesia dan Brazil menjadi dua negara anggota yang hadir dalam HLPF sekaligus menjadi penanggap dalam sesi panel diskusi. Forum ini ditutup pada 17 Juli 2024 dengan pernyataan bersama menuju koalisi global untuk melokalkan SDGs pada 2030. ***
Editorial: And