Bicaraindonesia.id, Jakarta – Direktorat Jenderal Imigrasi perlu merumuskan berbagai strategi dan konsep yang konkret melalui pendekatan teknologi, politik, dan keamanan.
Hal itu disampaikan Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H. Laoly kala membuka Focus Group Discussion (FGD) tentang Strategi Peningkatan Peran Intelijen Keimigrasian, Selasa, 22 Agustus 2023.
“Perkembangan teknologi informasi memiliki dampak negatif dalam aspek kejahatan internasional seperti human trafficking, perdagangan orang, narkotika hingga illegal fishing,” kata Yassona dalam keterangannya, seperti dikutip pada Rabu, 30 Agustus 2023.
Sebab, Yassona mengaku, beberapa waktu lalu ia menerima pimpinan dari Google. Dimana pimpinan Google mengkhawatirkan artificial intelligence (AI) digunakan untuk hal yang negatif.
Oleh karena itu, Yassona menyampaikan bahwa, Ditjen Imigrasi berperan penting dalam mendistribusikan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan strategis dan taktis terkait kebijakan.
Intelijen Keimigrasian khususnya, berperan mendeteksi dan mencegah ancaman yang berkaitan dengan kejahatan lintas negara. Penerapan regulasi dan pengembangan sumber daya manusia, berperan penting dalam mencapai hal tersebut.
Mendukung pernyataan Menkumham, Direktur Jenderal Imigrasi, Silmy Karim menyatakan bahwa informasi merupakan bisnis utama dari intelijen.
“Sehingga bagaimana kita dapat mengumpulkan informasi untuk kemudian dianalisis dan hasilnya diberikan guna kepentingan organisasi. Baik untuk operasi, antisipasi kemungkinan yang terjadi ke depan atau hal-hal yang penting dalam perumusan serta pelaksanaan kebijakan,” tuturnya.
Pada acara tersebut, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), A. M. Hendro Priyono mengatakan, penggalangan penting dilakukan untuk mendapatkan informasi dalam hal proses penyelidikan dan pengamanan.
“Fungsi intelijen tidak dapat direduksi harus terdiri dari Lidpamgal (penyelidikan,
pengamanan dan penggalangan). Ditjen Imigrasi mempunyai subjek hukum orang asing yang berada di negara Indonesia, artinya intelijen berperan sentral dalam
mencegah ancaman. Hanya melalui pengorganisasian yang baik dan menggunakan kecerdasan teknologi kita dapat mengatasi ancaman ini,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, materi focus grup discussion intelijen keimigrasian juga diisi oleh mantan Dirjen Imigrasi, Prof. Iman Santoso, dan pakar intelijen, Yohannes Wahyu Saronto.
Topik-topik yang difokuskan pada kegiatan tersebut antara lain, pentingnya melakukan peran mitigasi komprehensif dengan memahami pola dan memetakan pergerakan target.
Kemudian, border operation center, simplifikasi sistem aplikasi hingga pertimbangan menggunakan AI pada sistem yang lebih canggih turut menjadi perhatian dalam diskusi tersebut. ***
Laporan: Djat
Editorial: A1