Bicaraindonesia.id, Surabaya – Meski bangunan fisik Masjid Al-Mubarok, baru mencapai sekitar 35 persen, namun hal itu tak menyurutkan niat warga setempat untuk melaksanakan Ibadah Salat Iduladha 1444 Hijriah.
Bisa dibilang, masjid yang berdiri di Jalan Medokan Ayu (Medayu) Utara VIII-E, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya ini untuk pertama kalinya melaksanakan Salat Iduladha. Ini terhitung sejak mulai dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Al-Mubarok pada 11 September 2022.
Selain Salat Iduladha, pengurus dan panitia pembangunan Masjid Al-Mubarok juga melakukan penyembelihan hewan kurban. Terdapat 14 ekor kambing yang disembelih dan merupakan pemberian warga sekitar.
“Alhamdulillah, Masjid Al-Mubarok mengadakan salat perdana Iduladha dan kurban. Alhamdulillah dikasih amanat masyarakat dapat 14 ekor kambing, itu dari masyarakat dan sebagian dari panitia,” kata Ketua Panitia Pembangunan Masjid Al-Mubarok, Acep Sugianto saat ditemui awak media di sela pemotongan hewan kurban, Kamis (29/6/2023).
Acep Sugianto berharap, dengan diadakan Salat Iduladha dan penyembelihan hewan kurban, membuat para jemaah dan warga setempat semakin kompak. Bahkan pada Iduladha tahun 2024 mendatang, pihaknya juga berencana mengadakan arisan sapi.
“Karena ini tahun pertama, perdana kita mengadakan Salat Ied di masjid dan kurbannya juga. Alhamdulillah di perdana Idul kurban kita dapat 14 ekor kambing,” katanya.
Ia menambahkan, bahwa daging kurban yang telah dipotong tersebut, kemudian dibagikan kepada masyarakat di sekitar. Seperti di antaranya, warga di wilayah RT 5 / RW 11 dan RT 1 hingga RT 4 / RW 15, Kelurahan Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut Surabaya.
“Karena kita harus menjalin silaturahmi ke warga sekitar, biar masjid ini lebih maju dan lebih makmur untuk diadakan kurban, salat dan kegiatan lainnya,” imbuhnya.
Hewan Kurban Dipastikan Sehat
Meski baru pertama kali mengadakan penyembelihan, namun pengurus Masjid Al-Mubarok memastikan bahwa daging hewan kurban yang dibagikan itu terjamin sehat dan halal.
Bahkan, untuk memastikan hal itu, petugas dokter hewan dari Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Perak Surabaya, Kementerian Pertanian (Kementerian) melakukan pemeriksan langsung di Masjid Al-Mubarok.
“Dimana pemeriksaan hewan kurban itu ada dua, post-mortem dan ante-mortem. Kalau ante-mortem sebelum hewan itu dipotong, kalau post-mortem setelah hewan dipotong,” kata petugas Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Perak Surabaya, drh Darusman.
Menurutnya, pemeriksaan post-mortem ini dilakukan dengan cara melihat langsung kondisi fisik organ dalam dari hewan kurban. Misalnya dengan melihat topologi hati dari hewan kurban itu pasca dilakukan pemotongan.
“Kita melakukan pemeriksaan bagaimana fisik hatinya, ada gak di situ cacing hatinya, ada gak di situ topologi atau bentuk dari pada kekencangan dan kekentalan hati itu berubah tidak dari normalnya,” ungkapnya.
Dari hasil pemeriksaan terhadap 14 ekor kambing di Masjid Al-Mubarok, drh Darusman menyatakan, bahwa seluruhnya dipastikan dalam kondisi sehat.
“Dari sini tadi 14 ekor kambing saya nyatakan sehat dan tidak ditemukan adanya cacing hati,” ujar drh Darusman yang hadir melakukan pemeriksaan hewan kurban mewakili Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).
Sebelumnya, drh Darusman mengaku, juga melakukan pemeriksaan ante-mortem dan post-mortem hewan kurban di Masjid As-Salam yang berada di wilayah sekitar. Sebanyak 68 ekor kambing dan 6 ekor sapi yang telah diperiksanya juga dipastikan dalam kondisi sehat.
“Ada kambing 68 ekor dan sapi ada 6 ekor, saya nyatakan juga sehat dari pemeriksaan post-mortem dan ante-mortem, saya nyatakan sehat,” jelasnya.
Karena itu, drh Darusman kembali memastikan, bahwa seluruh daging hewan kurban yang dibagikan ke warga sekitar Medokan Ayu Surabaya tersebut, dalam kondisi sehat. “Jadi, daging hewan kurban yang disebarkan ke sekitar masyarakat Medayu ini dipastikan sehat dan halal,” imbuhnya.
Butuh Biaya Rp1,7 Miliar
Sejauh ini pembangunan fisik Masjid Al-Mubarok Medokan Ayu Surabaya, masih mencapai sekitar 35 persen. Sementara kekurangan dana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan masjid, mencapai sekitar Rp1,7 miliar.
“Jadi untuk tahap berikutnya, yaitu kita masih membutuhkan biaya sekitar Rp1,7 miliar,” kata Ketua Penanggung Jawab Pembangunan Masjid Al-Mubarok, Mochammad Ali.
Menurutnya, pembangunan Masjid Al-Mubarok selama ini dilakukan menggunakan dana swadaya dari para jemaah dan warga setempat. Bahkan, untuk biaya pembangunan kubah masjid, panitia harus menggadaikan BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor) Mobil.
“Kami untuk membangun ini dari warga sendiri, swadaya. (Pembangunan) kubah pun kami menggadaikan BPKB mobil,” ujar Abah Ali, sapaan lekatnya.
Makanya, pihaknya berharap besar kepada para dermawan atau warga yang ingin bersedekah agar bisa datang langsung ke Masjid Al-Mubarok.
“Kami mohon kepada warga atau masyarakat yang ingin bersedekah ke Masjid Al-Mubarok, itu yang kami harapkan, terutama material,” tuturnya. ***
Editorial: A1