Bicaraindonesia.id – Armada TNI Angkatan Laut (TNI AL) akan kembali diperkuat dengan dua kapal jenis MCMV (Mine Counter-Measure Vessel). MCMV merupakan kapal perang jenis Buru atau Penyapu Ranjau produksi Abeking & Rasmussen (A&R) Shipyard, Jerman.
Hal tersebut dapat dipastikan dengan dilaksanakannya acara Ship Naming dua unit Kapal MCMV 60 yang diberi nama Pulau Fani dan Pulau Fanildo. Sekaligus pula, Ship Launching 1 kapal Pulau Fani yang dipimpin langsung Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono di Galangan Abeking & Rasmussen, Lemwerder, Jerman, Selasa (11/10/2022).
Kedua kapal jenis MCMV buatan A&R ini lebih canggih dengan teknologi peperangan ranjau modern dibandingkan kapal buru ranjau yang telah dioperasionalkan TNI AL sekarang.
Kedua kapal ini memiliki beberapa keistimewaaan. Di antaranya, berbahan baja non magnetik yang sementara ini hanya ada di galangan luar Indonesia. Kemudian, memiliki degausing system untuk mengurangi kemagnetan kapal, dan dilengkapi penggerak motor elektrik untuk mengurangi tingkat kebisingan.
Selain itu, kapal ini memiliki dimensi yang lebih besar dengan panjang 61,4 meter dan lebar 11,1 meter. Lalu, memiliki peralatan sonar terbaru yang mampu mendeteksi dan mengklasifikasi kontak bawah air serta dilengkapi ROV (Remotely Operated Vehicle) untuk identifikasi dan netralisasi ranjau.
Tak hanya itu, kapal ini juga dilengkapi dengan AUV (Autonomous Underwater Vehicle) untuk membantu mendeteksi dan mengklasifikasi kontak bawah air. Juga, akan dilengkapi USV (Unmanned Surface Vessel), yakni kapal tanpa awak untuk pemburuan dan penyapuan ranjau.
Pembangunan kapal perang secara berkelanjutan ini merupakan program prioritas Kepala Staf Angkatan Laut yang berkomitmen meningkatkan dan mengembangkan kekuatan serta kemampuan pertahanan secara professional. Khususnya, pertahanan matra laut yang syarat dengan teknologi dan perkembangannya sangat dinamis.
Kasal Laksamana Yudo menjelaskan, urgensi pengadaan kedua kapal tersebut dikarenakan Indonesia memiliki laut yang sangat luas. Dimana dua pertiga wilayah Indonesia terdiri dari lautan yang masih banyak terdapat ranjau laut peninggalan perang dunia ke-2. Di samping itu juga karena dinamisnya perkembangan teknologi persenjataan ranjau saat ini.
“TNI AL perlu kapal MCMV untuk menjaga perairan Indonesia aman, bebas dari gangguan dan ancaman senjata bawah air terutama ranjau, serta untuk membersihkan perairan Indonesia yang masih memiliki potensi bahaya ranjau,” kata Kasal dalam keterangan resmi tertulisnya. ***
Editorial: A1
Source: Dispen AL