Bicaraindonesia.id, Klaten – Sekitar 1.500 orang mengikuti acara Kongres Sampah II di Paseban Candi Kembar – Candi Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Peserta yang hadir di lokasi sebanyak 500 orang, dan 1.000 orang lainnya mengikuti secara daring.
Para peserta ini berasal dari unsur pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, komunitas peduli lingkungan, unsur media, hingga pihak-pihak lain di luar undangan. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari yaitu 25 – 26 Juni 2022.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jateng, Widi Hartanto mengatakan, pihaknya berharap adanya kegiatan itu akan semakin meningkatkan atau menggerakkan seluruh pemangku kepentingan untuk bersama menangani sampah.
“Mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, pemerintah kabupaten, pelaku usaha, LSM, masyarakat, juga media, ini kita harapkan bersama-sama menangani sampah. Saya kira itu tujuan kegiatan ini,” kata Widi dalam keterangan tertulisnya sebagaimana dikutip pada Sabtu (25/6/2022).
Menurutnya, setiap hari sampah di Jawa Tengah mencapai sekitar 6,05 juta ton. Dengan perkiraan sampah yang dihasilkan per orang adalah 0,5 kilogram. Upaya pengurangan sampah pun terus dilakukan. Mulai melalui kerja sama hingga meningkatkan kesadaran masyarakat.
Pihaknya sudah berangsur mengurangi sampah sekitar 30-40 persen. Caranya yaitu dengan mengurangi sampah atau memanfaatkannya kembali. Seperti halnya yang dilakukan di Desa Bugisan. Dimana warga mampu mengolah sampah dengan baik dan seluruhnya dikelola masyarakat setempat. Bahkan, mereka juga telah memiliki Perdes Sampah. “Ketahuan Satgas sampah buang sampah sembarangan, bisa kena denda Rp200 ribu,” tegasnya.
Di samping itu, dia menyatakan, jika Pemprov Jateng juga berinovasi mengurangi sampah dengan menyiapkan bantuan ke masyarakat. Seperti, bank sampah, sarpras sampah, Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R). Kemudian pada 2022 dan 2023, pihaknya menyiapkan tempat sampah terpadu regional.
“Program TPS3R di beberapa desa, kami siapkan. Bahkan teman-teman kabupaten/kota juga membantu program TPS3R,” imbuhnya.
Dari kegiatan Kongres Sampah ini, pihaknya berharap akan muncul rumusan yang menjadi rekomendasi bagi pemangku kepentingan. Termasuk masyarakat untuk bergerak bersama mengelola sampah.
Di waktu yang sama, Sekda Prov Jateng Sumarno mengatakan, kegiatan juga dilakukan untuk mencegah kerusakan lingkungan atau bencana yang terjadi.
“Masalah sampah ini juga menjadi PR besar. Karena volume sampah di Jateng cukup besar, yang sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk di Jateng,” ujarnya.
Menurutnya, sampah memang tidak dibutuhkan masyarakat sehingga cenderung terabaikan. Mereka baru peduli bila terjadi kejadian akibat sampah.
Oleh karenanya dibutuhkan edukasi agar meningkatkan kesadaran untuk menangani sampah. Sehingga selanjutnya diharapkan masyarakat mampu mengolah sampah menjadi lebih bernilai. “Sampah organik diubah jadi kompos, dan yang bukan organik bisa didaur ulang,” tandasnya. ***
Source: Diskominfo Jateng
Editorial: C1