Bicaraindonesia.id – Destinasi wisata Air Kedung Kayang cukup dibilang strategis. Yakni, di antara Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, lebih tepatnya di Desa Wonolelo Magelang dan Desa Klakah Boyolali. Air terjun setinggi sekitar 40 meter ini memiliki volume air yang cukup tinggi. Air terjun ini berada di ketinggian sekitar 950 mdpl dengan pemandangan yang sangat eksotis.
Suasana di sini begitu alami, asri dan memiliki hawa sejuk. Dengan banyaknya promosi lewat media sosial oleh para traveler zaman now, Kedung Kayang kini menjadi objek wisata yang semakin terkenal. Pengelola bahkan membangun semacam gardu di pepohonan yang tinggi. Spot ini sengaja dibuat untuk para wisatawan yang ini berfoto dan selfie.
Bila kita berangkat dari Yogyakarta melalui Ketep Pass, jaraknya cukup dekat, yakni hanya 3 kilometer saja dengan rute menuju ke Kabupaten Boyolali. Sedangkan jam operasional wisata buka mulai jam 07.00 hingga tutup kembali pada pukul 17.00 WIB.
Secara umum, lanskap Air Terjun Kedung Kayang terlihat seperti air terjun yang banyak terdapat di Indonesia. Namun, yang membuat air terjun ini berbeda adalah keberadaan cerita mistis yang menyertainya. Bahkan menurut kepercayaan masyarakat sekitar, tempat ini merupakan arena para empu beradu kekuatan.
Menurut masyarakat setempat, air di kawasan ini tidak pernah surut, sekalipun sedang musim kemarau. Hal ini karena air terjun berasal dari empat mata air. Keempat mata air ini memiliki hulu di Kali Pabean yang ada di Lereng Merbabu.
Kesegaran air dari Kedung Kayang juga diselimuti oleh cerita legenda yang sudah banyak dipercaya oleh masyarakat sekitar. Diceritakan, pada zaman dulu ada tiga empu, yaitu Empu Putut, Empu Khalik dan Empu Panggung. Tiga empu tersebut sering mengadakan pertemuan di kawasan Kedung Kayang.
Pertemuan para empu ini bertujuan untuk adu kekuatan berupa Tanding Balang (adu lempar) yang dilakukan Bulan Suro. Pada pertandingan tersebut, siapa yang bisa melempar telur angsa ke arah kedung dan telurnya tetap utuh, dia pemenangnya.
Sayang, ketiga telur angsa tersebut pecah lalu masuk ke kedung. Anehnya, para empu tidak menemukan cangkang telur yang pecah. Dari pecahan telur itulah, konon mata air ini muncul; mata air yang tidak pernah kering.
Aura mistis juga amat kental terasa pada malam Jumat Kliwon saat bulan Suro. Menurut cerita, pada malam itu, dari Kedung Kayang sering terdengar suara atau alunan gamelan Jawa yang nyaring.
Selain saat Jumat Kliwon, waktu istimewa di kawasan itu terjadi pada Kamis Wage. Di hari dan pasaran tersebut, konon akan banyak kera yang berkumpul di atas Kedung Kayang. Kemisteriusan Air Terjun Kedung Kayang dengan segala macam legenda dan mitosnya, menjadi tambahan daya tarik yang tidak bisa ditampik. (Net/*)