Bicaraindonesia.id – Indonesia terkenal memiliki potensi energi biomassa yang besar dari kelapa sawit. Namun, pemanfaatan sawit saat ini sebagian besar masih didominasi industri pangan dan kosmetik. Sementara limbahnya baru dimanfaatkan sebagai kompos atau dibakar begitu saja.
Melihat hal itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kemudian melakukan riset tandan kosong kelapa sawit untuk mendapatkan biofuel di atas 60 persen sebagai bahan bakar kimia cair. Pemrosesannya menggunakan mekanisme termal katalitik.
“Proses katalis yang kami kembangkan menggunakan properti unik neutron untuk meningkatkan proses konversi dari limbah biomassa kelapa sawit menjadi biofuel yang bernilai tinggi,” kata Indri Badria Adilina, Peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI.
Indri mengungkapkan, neutron membantunya memahami reaksi kimia secara lebih dalam. Katalis yang dikembangkan ini, berbasis material terbarukan dan ketersediaannya berlimpah di alam yakni lempung.
“Kami telah mematenkan penggunaan lempung dalam pengolahan biofuel. Terdapat berbagai jenis lempung di Indonesia dan yang kami gunakan adalah bentonit,” katanya.
Menurut dia, selama ini bentonit hanya digunakan sebagai absorban dalam proses penjernihan minyak goreng. Semantara dimanfaatkan sebagai katalis masih belum ada.
“Padahal, bentonit berperan penting dalam reaksi kimia untuk mengubah molekul-molekul berat pada minyak sawit menjadi molekul ringan hidrokarbon yang menyusun komponen pembuatan bahan bakar seperti bensin dan solar,” ujar Indri.
Penggunaan lempung untuk pengolahan biofuel ini telah dipatenkan oleh Indri. Dalam proses risetnya, Indri mendapatkan akses untuk melakukan penelitian di fasilitas milik ISIS Neutron and Muon Source, Science and Technology Facilities Council, di Didcot, Oxfordshire, Inggris melalui skema Newton Fund.
“Mayoritas sumber neutron ini ada di Eropa, di Asia belum tersedia. BATAN sebetulnya memiliki fasilitas ini namun energinya kecil sehingga tidak bisa digunakan dalam penelitian ini,” paparnya.
Penelitian Indri ini juga merupakan peningkatan dari proses penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Pusat Penelitian Kimia. Biomassa memiliki kandungan oksigen tinggi yang tidak bisa langsung digunakan sebagai bahan bakar.
“Kadar oksigen tinggi tersebut kami turunkan dengan katalis dari bentonit sehingga dihasilkan biofuel berkadar oksigen rendah yang dapat digunakan sebagai bahan bakar seperti bensin dan solar,” terang Indri.
Bersama peneliti dari Universitas Indonesia, penelitian Indri ini menjadi pionir di Indonesia bahkan regional Asia Tenggara yang kemudian diganjar dengan penghargaan ISIS Impact Award for 2019 in the Economic Category dari Science and Technology Facilities Council, United Kingdom Research and Innovation.