Bicaraindonesia.id, Brebes – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah terus memacu pembangunan infrastruktur pertanian pada 2025 sebagai langkah strategis mewujudkan Jateng sebagai daerah penumpu pangan nasional.
Upaya ini juga ditujukan untuk memperkuat ketahanan pangan di tingkat regional melalui peningkatan sarana pengairan.
Salah satu program prioritas Pemprov Jateng adalah pembangunan 10 embung di berbagai wilayah. Dari total tersebut, delapan embung merupakan proyek pembangunan baru, sementara dua lainnya merupakan kegiatan rehabilitasi.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (Pusdataru) Provinsi Jawa Tengah, Henggar Budi Anggoro, menyampaikan pembangunan embung diharapkan mampu meningkatkan sistem irigasi pertanian, menjaga ketersediaan air di musim kemarau, serta mendorong produktivitas lahan pertanian terutama di daerah rawan kekeringan.
“Total anggaran ada Rp118 miliar, terbagi 24 paket pekerjaan di tahun 2025. Di antaranya ada pembangunan delapan embung baru dan dua rehab,” ujar Henggar dalam keterangan tertulis dikutip pada Jumat (14/11/2025).
Menurut Henggar, pembangunan embung menjadi bagian penting dalam menjaga stabilitas produksi pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
Program ini juga sejalan dengan agenda Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dalam memperkuat infrastruktur pertanian secara berkelanjutan dan menjadikan Jawa Tengah sebagai lumbung pangan nasional.
Ia merinci delapan embung baru meliputi Embung Salam berkapasitas 10.916,50 m3, Embung Selur 25.693,75 m3, Embung Rondo Kuning 24.292,5 m3, Embung Geblok 6.450 m3, Embung Karangjati 70.875 m3, Embung Kemurang Wetan 12.468 m³, Embung Tegalwulung 10.747 m³, serta Embung Plosorejo 25.145 m3.
“Kami pastikan proyek infrastruktur tersebut selesai di tahun 2025 ini,” tegasnya.
Salah satu lokasi yang kini tengah dikerjakan adalah embung di Desa Kemurang Wetan, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes, dengan progres mencapai 80 persen.
Kepala Desa Kemurang Wetan, Dustam, menuturkan pembangunan embung sangat membantu petani bawang merah yang kerap mengalami kesulitan air saat musim kemarau.
“Kalau kemarau biasanya petani bawang merah di sini kesulitan air. Jadi, masa tanam hanya bisa dua kali. Bantuan embung ini sangat membantu memenuhi kebutuhan air petani,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa tampungan air embung tersebut mampu memenuhi kebutuhan air hingga lebih dari 40 hektare lahan pertanian.
“Ini nanti daya tampung airnya bisa dimanfaatkan hingga 40 hektare sawah,” jelasnya.
Petani bawang merah setempat, Sukim, juga merasakan manfaat dari pembangunan embung tersebut. Ia mengaku senang karena kesulitan air saat kemarau kini mulai teratasi.
“Ya senang, jadi tidak kesulitan air lagi saat kemarau,” ucapnya.
Menurut dia, sebelumnya banyak petani memilih tidak menanam saat musim kemarau karena harus mengambil air dari sungai dengan biaya yang cukup tinggi.
“Kalau kemarau sulit air. Kalau mau tanam, ambil airnya dari sungai dan biaya mahal,” imbuhnya.
Dengan hadirnya embung baru, para petani merasa kembali bersemangat untuk bertani. “Ya senang, jadi petani semakin bersemangat untuk bertani,” tandasnya. (*/Pr/C1)


