Bicaraindonesia.id, Pekanbaru – PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), terus berinovasi dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam pengelolaan ribuan sumur di Wilayah Kerja (WK) Rokan.
Digitalisasi yang dijalankan melalui Digital & Innovation Center (DICE) menjadi sarana pemantauan real-time sekaligus alat analisis data untuk seluruh proses operasional hulu migas di Rokan. Teknologi ini mencakup aktivitas mulai dari pengeboran, pengapalan, lifting, inventory, hingga produksi.
Operation Head Subsurface Development & Planning Zona Rokan, Mochamad Taufan, menjelaskan bahwa seluruh operasional ribuan sumur migas di WK Rokan kini dapat dimonitor secara terpadu di fasilitas DICE.
“DICE membantu mengintegrasikan data-data terutama dari sumur yang jumlahnya ribuan sehingga bisa diolah menjadi suatu rekomendasi secara cepat dan tepat dengan menggunakan AI,” ujar Taufan dalam siaran persnya di Jakarta dikutip pada Jumat (17/10/2025).
Menurut Taufan, digitalisasi dan kecerdasan buatan sangat dibutuhkan dalam pengelolaan data di WK Rokan yang memiliki cakupan operasional luas dan kompleks. Melalui pemanfaatan AI, Rokan berhasil menahan laju penurunan produksi sebelum alih kelola dari sekitar 11 persen per tahun menjadi nol persen.
Ia menambahkan, fasilitas DICE dilengkapi 66 layar digital yang menampilkan data dan informasi dalam bentuk dashboard, termasuk pemantauan aktivitas pengeboran, jadwal pengeboran terintegrasi (Integrated Drilling Schedule), persiapan lokasi pengeboran, pembangunan fasilitas sumur minyak, serta pengelolaan produksi dan perawatan peralatan.
“Manajemen PHR menggunakan data dan pemantauan DICE sebagai pertimbangan untuk proses pengambilan keputusan,” jelas Taufan.
WK Rokan memiliki luas wilayah 6.400 km² dengan 12.600 sumur aktif, didukung 35 stasiun pengumpul, 13.200 km jaringan pipa alir, dan 500 km jaringan shipping line.
“Jaringan pipa ini kalau dibentangkan dari Sabang sampai Merauke bisa hampir tiga kali bentangan. Pengeboran sumur pengembangan di WK Rokan juga sangat masif sekitar 500 sumur per tahun atau lebih dari 50 persen pengeboran sumur pengembangan di Indonesia ada di WK Rokan,” tandas Taufan.
Fasilitas DICE menjadi pusat kendali operasional dan big data yang berfungsi untuk memantau kegiatan di lapangan secara real-time, sekaligus menjadi tulang punggung transformasi digital di WK Rokan.
Taufan menjelaskan, pemanfaatan AI merupakan bagian dari program Optimization Upstream (OPTIMUS) di lingkungan Subholding Upstream Pertamina. Program ini bertujuan mengoptimalkan produksi serta meningkatkan efisiensi operasional.
Hingga akhir 2025, program OPTIMUS yang dijalankan PHR ditargetkan mampu menciptakan efisiensi operasional hingga USD 46 juta atau setara Rp 762 miliar.
Selain efisiensi biaya, OPTIMUS juga menjadi budaya perusahaan yang menekankan kolaborasi, optimalisasi proses, serta penerapan teknologi sebagai cara kerja baru di lingkungan Subholding Upstream Pertamina.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, menyebut WK Rokan merupakan salah satu sumber minyak utama Pertamina yang berkontribusi signifikan terhadap produksi nasional.
“Pertamina berkomitmen meningkatkan produksi migas untuk mencapai ketahanan energi nasional. Pada WK Rokan kami melakukan berbagai upaya untuk menjaga laju produksi, sehingga tingkat produksinya masih dapat terjaga dengan baik,” jelas Fadjar.
Pertamina sebagai perusahaan energi nasional berkomitmen mendukung target net zero emission 2060 dengan terus mendorong program yang berkontribusi langsung terhadap Sustainable Development Goals (SDGs).
Seluruh langkah tersebut juga sejalan dengan penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasional Pertamina. (*/Pr/A1)