Bicaraindonesia.id, Jakarta – Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) mencatat kondisi sungai di Indonesia masih memprihatinkan.
Hasil Pemantauan Mutu Air Semester I 2025 pada 4.482 lokasi di 1.482 sungai menunjukkan 70,7 persen lokasi tercemar, sementara hanya 29,3 persen yang memenuhi baku mutu.
Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq, menyampaikan temuan tersebut pada momentum Hari Sungai Sedunia 2025 di Sungai Cipinang, Jakarta Timur, Sabtu (27/9/2025).
Hanif menekankan bahwa membersihkan dan memulihkan sungai adalah investasi masa depan.
“Kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang, melainkan meminjamnya dari anak cucu kita. Maka tugas kita adalah menjaga agar pinjaman itu tetap utuh, bersih, dan bermanfaat,” kata Menteri Hanif seperti dikutip melalui siaran tertulisnya pada Sabtu (27/9/2025).
Data KLH/BPLH mencatat, tiga provinsi yakni DKI Jakarta, Kepulauan Riau, dan Papua Selatan, seluruh titik pemantauan sungainya dalam kondisi tercemar.
Untuk mengatasi hal tersebut, KLH/BPLH menetapkan tiga Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Air (RPPMA) guna memulihkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung, Citarum, dan Cipinang.
Selain itu, empat dokumen tambahan akan segera disahkan, sementara 15 dokumen lainnya tengah dikebut penyusunannya.
“RPPMA menjadi pedoman teknis dalam pengelolaan sungai, pemantauan kualitas air, serta pencegahan pencemaran secara lintas sektor dan lintas wilayah,” jelasnya.
Momentum Hari Sungai Sedunia kali ini ditandai dengan aksi bersih-bersih Sungai Cipinang. Kegiatan itu melibatkan TNI, PPSU, UPK Badan Air, hingga puluhan komunitas peduli sungai dari berbagai daerah.
Hanif menegaskan bahwa menjaga sungai adalah tanggung jawab bersama. Dunia usaha perlu mengurangi limbah, akademisi memberi solusi inovatif, media menyuarakan kesadaran, komunitas menjaga kepedulian, dan masyarakat berperilaku bijak dalam membuang sampah.
“Sungai adalah milik kita bersama, maka menjaga sungai juga tanggung jawab kita bersama,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa perubahan besar selalu dimulai dari aksi lokal. “Cinta lingkungan bukan hanya slogan, tapi diwujudkan dengan tangan yang mau memungut sampah, hati yang peduli, dan pikiran yang mencari solusi,” tandasnya. (*/Sp/A1)


