Bicaraindonesia.id, Jakarta – Tim Ekspedisi Macan Tutul Jawa yang dilepas Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak pada Februari 2025 di Resimen Latihan Tempur (Menlatpur) Kostrad, Sanggabuana, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, berhasil mencatatkan hasil penelitian awal yang menggembirakan.
Dari pemasangan 40 unit kamera jebak (foto dan video) di kawasan Pegunungan Sanggabuana, terekam 198 aktivitas satwa yang mengungkap keberadaan 19 individu Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) dan Macan Kumbang, termasuk dua anakan macan.
Temuan ini menjadi capaian penting, mengingat survei populasi Macan Tutul Jawa dengan metode ilmiah dan protokol standar baru pertama kali dilakukan di kawasan konservasi Sanggabuana.
Selain Macan Tutul, kamera jebak juga berhasil mendokumentasikan satwa langka lain seperti Elang Jawa. Hal ini semakin memperkuat status Pegunungan Sanggabuana sebagai kawasan dengan nilai konservasi tinggi.
Dalam pelepasan tim ekspedisi Februari 2025, Kasad menegaskan bahwa upaya ini merupakan bentuk nyata komitmen TNI AD terhadap kelestarian alam dan ekosistem, sejalan dengan program unggulan TNI AD “Bersatu Dengan Alam”.
“Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keanekaragaman hayati demi kelangsungan hidup generasi mendatang. TNI AD akan terus mendukung kegiatan pelestarian hutan lindung seperti ini,” ujar Kasad dalam keterangan resmi dikutip pada Selasa (16/9/2025).
Koordinator Tim Survei Macan Tutul Jawa Sanggabuana dari Sanggabuana Conservation Foundation (SCF), Bernard T. Wahyu Wiryanta, menambahkan bahwa hasil survei tahap pertama ini menjadi masukan penting bagi pemerintah dalam menyusun program perlindungan satwa prioritas dan terancam punah.
“Dengan adanya survei populasi ini, selain mendapat data individu Macan Tutul Jawa, juga dilakukan mitigasi ancaman dan pemetaan preferensi pakan. Data ini akan menjadi dasar penting dalam usulan perubahan fungsi hutan Sanggabuana menjadi kawasan konservasi, sehingga ada kepastian hukum terhadap status hutan dan upaya perlindungan keanekaragaman hayati dapat lebih maksimal,” jelas Bernard.

Bernard juga menegaskan bahwa kehadiran prajurit Menlatpur Kostrad sangat dibutuhkan dalam kegiatan konservasi. Selain terlibat langsung dalam penelitian dan menjaga agar latihan tempur tidak mengganggu habitat satwa, para prajurit juga berperan dalam patroli anti perburuan dan pencegahan perambahan hutan.
Terbukti, hingga kini, kehadiran prajurit mampu menekan angka perburuan satwa dilindungi secara signifikan di kawasan Sanggabuana.
Hingga Agustus 2025, tahap pertama survei ini telah rampung dan kamera jebak dipindahkan ke lokasi lain di grid kawasan yang sama untuk tahap lanjutan. Hasil sementara menunjukkan kabar menggembirakan karena populasi Macan Tutul Jawa masih bertahan dengan jumlah signifikan.
Namun, dengan indikasi kepadatan populasi satwa di kawasan seluas sekitar 10.000 hektar ini, temuan tersebut juga menjadi pengingat bahwa habitat perlu lebih dilindungi agar tidak terjadi ancaman ekologis.
Bersama SCF dan berbagai pemangku kepentingan, TNI AD melalui Menlatpur Kostrad terus memperkuat kiprahnya dalam menjaga keseimbangan alam.
Hasil ekspedisi ini diharapkan dapat mempercepat proses penetapan Pegunungan Sanggabuana sebagai kawasan konservasi sekaligus menegaskan komitmen TNI AD untuk hadir tidak hanya menjaga kedaulatan negara, tetapi juga melestarikan lingkungan bagi generasi mendatang. ***
Editorial: A1
Source: Dispenad