Bicaraindonesia.id – Lebih dari 115 ahli kesehatan dari delapan belas negara menandatangani pernyataan untuk meyakinkan para pe-ritel dan konsumen bahwa konsep penggunaan kembali (reuse) aman dilakukan selama pandemi Covid-19.
Pernyataan mereka ini menyanggah pandangan pihak industri plastik yang menekankan bahwa konsep tersebut berpeluang besar terhadap penyebaran virus.
Para ahli kesehatan – yang bergabung dengan Greenpeace Amerika Serikat dan UPSTREAM, keduanya anggota gerakan Break Free From Plastic – menekankan bahwa plastik sekali pakai tidak lebih aman dari wadah yang dapat digunakan kembali (reusable).
Secara keseluruhan, sistem yang dapat digunakan kembali dapat dilakukan dengan aman selama pandemi dengan mengedepankan aspek kebersihan.
“Kesehatan masyarakat juga harus mencakup kebersihan rumah kita, dan bumi ini,” kata Dr. Mark Miller, mantan direktur penelitian Institut Kesehatan Nasional – Fogarty International Center dalam siaran pers yang dirilis, Selasa (23/06/2020).
Mark Miller menilai, promosi plastik sekali pakai demi mengurangi peluang terinfeksi virus corona seharusnya tidak dilakukan karena itu akan berdampak negatif terhadap lingkungan, sistem air, dan pasokan makanan.
“Penggunaan plastik sekali pakai lebih buruk dibandingkan dengan penggunaan yang aman dari kantong, wadah, dan peralatan yang dapat digunakan kembali,” kata dia.
Pernyataan yang didukung oleh para ilmuwan, akademisi, dokter, dan spesialis di bidang kesehatan masyarakat dan keamanan kemasan makanan di seluruh dunia mencatat, bahwa desinfektan rumah tangga telah terbukti efektif dalam mendesinfeksi permukaan keras, seperti perlengkapan yang bisa digunakan berulang kali.
Pernyataan para pakar tersebut sebagai respons terhadap beberapa penundaan sementara larangan penggunaan plastik sekali pakai di seluruh dunia, dan meningkatnya larangan terhadap wadah reusable oleh toko-toko di tengah Covid-19.
“Sangat mengejutkan menyaksikan industri plastik mengambil keuntungan dari pandemi untuk mempromosikan plastik sekali pakai dan menakuti orang-orang untuk menggunakan tas yang dapat digunakan kembali dan barang-barang lainnya,” kata Pemimpin Kampanye Global Greenpeace Amerika Serikat Graham Forbes.
Menurut Graham, sangat penting bagi bisnis dan pemerintah untuk mengetahui bahwa ketika mereka membuka kembali perekonomian, sistem penggunaan kembali dapat dilakukan dengan aman untuk melindungi lingkungan, pekerja dan konsumen.
“Untuk menjaga orang tetap aman dan melindungi planet ini, kita harus mendengarkan ilmu pengetahuan terbaik yang tersedia, bukan pemasaran yang licik dari industri plastik,” ujarnya.
Memanfaatkan pandemi Covid-19, industri plastik berusaha meningkatkan keuntungan dengan cara memberikan pandangan negatif akan penggunaan kembali.
Adanya penundaan larangan penggunaan plastik sekali pakai mengikuti siaran pers yang dirilis industri plastik. Pernyataan industri menggunakan penelitian lama yang didanai oleh industri untuk memperlihatkan bahwa konsep penggunaan kembali lebih berbahaya daripada sekali pakai selama pandemi.
“Selama beberapa bulan terakhir, ada banyak informasi yang saling bertentangan tentang bagaimana virus menyebar, tetapi kita sekarang tahu bahwa kontak dengan permukaan benda atau lainnya, bukanlah cara utama kita terkena virus corona,” kata Matt Prindiville, CEO UPSTREAM – sebuah inovasi nirlaba yang melahirkan inovasi solusi untuk polusi plastik.
Matt Prindiville menambahkan, plastik dapat merusak kesehatan manusia di sepanjang rantai pasokan. Untungnya, virus corona bisa hilang dengan cara mencuci tangan yang benar, sehingga restoran, toko kelontong dan bisnis lainnya masih dapat melayani masyarakat dengan menggunakan wadah yang dapat digunakan kembali, dengan cara yang melindungi kesehatan tanpa merusak lingkungan.
Pernyataan lengkap yang ditandatangani oleh para pakar bisa dilihat di sini.
Editorial: A1
Source: Greenpeace