Bicaraindonesia.id – Selain dengan media Keramba Jaring Apung (KJA), budidaya kerapu bisa dilakukan di tambak. Seperti yang diusahakan masyarakat di Desa Labuhan, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur (Jatim).
Kabupaten Lamongan juga menjadi salah satu sentra budidaya kerapu di tambak. Tak heran apabila sebagian besar penduduk di Kecamatan Brondong, Lamongan melakukan budidaya kerapu.
Usaha budidaya kerapu di Kecamatan Brondong hingga saat ini berkembang pesat. Dari tangan-tangan merekalah, kawasan ini menjadi salah satu pemasok kebutuhan pasar dalam negeri dan luar negeri.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Slamet Soebjakto mengatakan, budidaya kerapu di tambak merupakan salah satu teknologi yang luar biasa dalam rangka mendukung produksi perikanan budidaya berkelanjutan. Menurutnya, usaha budidaya tambak kerapu di Desa Labuhan memiliki prospek menjanjikan.
“Hasil budidayanya banyak diminati pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Komoditas kerapu dari Desa Labuhan, Kecamatan Brondong sudah diekspor ke Hongkong, Singapura, Jepang dan China,” kata Slamet di Lamongan, Selasa (14/7/2020).
Pembudidaya kerapu di Desa Labuhan memanfaatkan benih kerapu cantang dari Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo. Benih kerapu cantang ini merupakan salah satu jenis kerapu hibrid besutan BPBAP Situbondo. Kerapu cantang dihasilkan dari persilangan induk kerapu macan betina dengan induk kerapu kertang jantan.
Slamet mengungkapkan, tambak kerapu di Desa Labuhan merupakan salah satu kawasan yang pertama kali dibina BPBAP Situbondo.
“Ketika saya menjadi Kepala Balai tahun 2007, saya mencoba budidaya kerapu di tambak Bapak Karno, yang sebelumnya hanya memiliki tambak sekitar 3 Ha. Kini, tambaknya telah berkembang seluas 20 Ha,” kenang Slamet.
Slamet berharap, petambak di Lamongan dapat menjaga kualitas produksi secara berkelanjutan. Petambak diharapkan mengikuti petunjuk dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Dinas dan juga penyuluh setempat. “Jangan lupa, terapkan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB),” ujar Slamet.
Slamet menyatakan, budidaya kerapu di tambak akan didorong pengembangannya dan fokus pada peningkatan ekspor. Sehingga, keterlibatan pihak swasta atau pemilik modal sangat diharapkan melalui investasi di bidang ini.
“Untuk mendorong kemudahan investasi, pemerintah telah memberikan ruang bagi percepatan investasi. Di antaranya, melalui berbagai regulasi yang ramah investasi dengan penyederhanaan birokrasi perizinan, dan perlindungan usaha melalui regulasi perencanaan ruang/zonasi,” papar Slamet.
Ketua Kelompok Pembudidaya Bhakti Usaha 2, Chusnul Karim mengungkapkan, usaha budidaya kerapu di tambak Lamongan sudah menerapkan teknologi budidaya kerapu tradisional plus dan semi intensif. Selain memanfaatkan kincir, padat tebarnya cukup proporsional.
“Dengan luas 3 ribu m2, padat tebarnya sebanyak 6 ribu ekor. Kincirnya dinyalakan pada malam hari,” kata Karim
Karim menyebutkan, lahan tambak kerapu yang dimiliki Pokdakan Bhakti Usaha 2, seluas 30 Ha. Sedangkan jumlah petambak yang tergabung dalam Pokdakan tersebut sebanyak 50 orang.
Menurut Karim, hasil panen kerapu parsial pada Rabu (8/7) lalu, sebanyak 0,5 ton untuk 1 petak dengan size 600 gram ke atas. Sedangkan kisaran harganya Rp 60 ribu.
“Hasil yang diperoleh kurang lebih Rp 30 juta dengan tingkat kelangsungan hidup 85 persen,” ujarnya.
Source: JNR
Editorial: A1
