BicaraIndonesia.id, Madiun – Kabar mengenai banjir di kawasan bok Malang, Kelurahan Pilangbango, Kota Madiun, menarik perhatian Calon Gubernur (Cagub) Jawa Timur nomor urut 3, Tri Rismaharini. Pada Kamis (21/11/2024), ia datang langsung ke lokasi untuk melihat kondisi terkini.
Tri Rismaharini tidak hanya memantau dari tepi jembatan, tetapi juga menemukan tumpukan bambu di sekitar sisi jembatan hingga bagian tengah kaki jembatan.
Wali Kota Surabaya periode 2010-2020 tersebut bahkan sempat menaiki tembok pembatas jembatan untuk memeriksa langsung permasalahan yang menyebabkan banjir di wilayah tersebut.
Dari hasil pantauannya, Risma mendapati adanya pendangkalan di aliran sungai bok Malang. Selain itu, potongan-potongan bambu yang masih banyak ditemukan di dalam sungai dinilai turut menghambat aliran air.
“Karena kondisinya memang sudah banyak yang dangkal. Sebetulnya kita juga manfaatkan embung-embung itu, kalau kapasitas embung-embung itu agak besar maka dia akan jadi tampungan, dan itu bisa dimanfaatkan untuk pembasahan saat musim kemarau, atau bahkan sumber air,” jelas Risma.
Selain pendangkalan sungai, Risma juga mengungkapkan bahwa banjir di Jalan Pilang Dwija dan Jalan Pilang Muda disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut.
“Naiknya permukaan air laut juga menjadi masalah. Kalau air laut pasang, maka air-air sungai ini tidak bisa keluar, karena saat ini air laut naik karena adanya global warming,” ujar mantan Menteri Sosial tersebut.
Risma menilai, kenaikan permukaan air laut telah menyebabkan penurunan ketinggian wilayah Kota Madiun dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
“Kalau dulu Madiun ini di area aman permukaan laut, namun sekarang ini tidak bisa lagi, jadi yang kita lihat di Stasiun Kereta plus berapa, itu permukaan air laut, tapi sekarang enggak bisa,” ungkapnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Risma mengusulkan pembangunan pintu-pintu air untuk mencegah masuknya air laut ke daratan, sekaligus memastikan aliran sungai tidak terganggu.
“Jadi untuk menanggulangi hal itu, kita harus buat pintu-pintu air sehingga air laut bisa masuk ke daratan dan dibantu oleh pompa,” kata Risma.
“Mungkin di Madiun ini tidak terlalu berat karena sebetulnya hanya treatment sungai, yang berat itu daerah-daerah pantai karena dimana langsung berhadapan dengan laut, karena itu harus ada treatment untuk tanggul-tanggul laut supaya kalau air laut pasang, maka air tersebut tidak masuk ke daratan,” imbuhnya.
Selain itu, Risma juga menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir, seperti di Jalan Pilang Dwija dan Jalan Pilang Muda, agar mereka dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir di masa mendatang.
“Tentunya ini ada edukasi, kalau terjadi hujan dan lain sebagainya, antisipasinya harus seperti apa. Selain itu, kelistrikan juga berbahaya saat terjadi banjir. Mungkin daerah-daerah harus mempersiapkan embung-embung, sehingga kalau terjadi bencana bisa diperbantukan,” tutup Risma. (Dap/An/A1)