BicaraIndonesia.id, Surabaya – Tenaga Ahli Menteri ATR-BPN Bidang Humas dan Komunikasi, Herzaky Mahendra Putra, menjalani sidang doktor terbuka di Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Sidang tersebut membahas kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Dalam disertasinya, Herzaky mendalami kepemimpinan transformasional AHY, terutama terkait perannya dalam memimpin partai pasca krisis dualisme.
“Alhamdulillah tadi saya baru saja menjalani ujian doktor terbuka. Ini proses panjang ya, bisa menyusul pemimpin kami, sahabat kami, Mas AHY yang lebih dulu sidang pada 7 Oktober lalu,” ujar Herzaki usai ujian terbuka di Kampus B Unair Surabaya, Jumat, 11 Oktober 2024.
Herzaky, yang merupakan teman satu kelas AHY, juga menjabat sebagai Kepala Badan Komunikasi Strategis dan Koordinator Juru Bicara DPP Partai Demokrat, selain posisinya sebagai Tenaga Ahli Menteri ATR-BPN.
“Bagi saya, hal ini sangat membanggakan dan membahagiakan. Saya menempuh proses doktoral yang cukup panjang, 3 tahun lebih 1 bulan plus 5 hari,” sambung Herzaky, yang merupakan lulusan ketiga dari 22 mahasiswa.
Dalam disertasinya, Herzaky meneliti kepemimpinan transformasional di Partai Demokrat setelah masa krisis yang terjadi akibat konflik dualisme.
“Mas AHY memiliki pengaruh signifikan dalam menjaga soliditas kader-kader pasca krisis, terutama setelah ditolaknya pengesahan Kongres Luar Biasa (KLB) ilegal oleh Kemenkumham,” ungkap Herzaky, yang lahir pada 15 Maret 1979.
Lebih lanjut, Herzaky menjelaskan bahwa banyak kader Demokrat yang memilih bertahan di partai meski ada krisis.
“Biasanya, kalau ada konflik atau intervensi besar di partai politik, terjadi eksodus kader besar-besaran,” tuturnya.
Namun, hal ini tidak terjadi di Partai Demokrat. Menurut Herzaky, salah satu faktor penting yang mencegah hal tersebut adalah kepemimpinan transformasional AHY.
“Mas AHY memimpin dengan nilai-nilai luhur yang menjadi dasar kepemimpinannya,” ucap Herzaky.
Selain itu, Herzaky juga menyoroti kemampuan AHY dalam meyakinkan kader tentang masa depan partai yang lebih baik, dengan visi dan misi yang jelas.
“Ini terkait nilai-nilai yang dimiliki partai. Saat ini, banyak partai politik yang jauh dari nilai-nilai luhur tersebut,” tambahnya.
Herzaky berharap penelitiannya dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya, termasuk dalam konteks Indonesia Emas 2045. Menurutnya, belum banyak ahli kepemimpinan atau SDM yang membahas manajemen partai politik dengan baik.
“Partai politik ini adalah penghasil pemimpin-pemimpin negeri ini. Baik presiden, menteri, maupun kepala daerah, semuanya berasal dari partai politik,” tegas Herzaky.
Melalui penelitiannya, Herzaky berharap dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia, khususnya dalam konteks partai politik. (Dj/An/C1)