BicaraIndonesia.id, Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), membangun modeling budidaya rumput laut seluas 50 hektare di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Langkah ini sebagai salah satu upaya KKP dalam menggenjot produksi rumput laut nasional sebagai upaya hilirisasi komoditas tersebut.
Berdasarkan Satu Data KKP, Rote Ndao menjadi salah satu Kabupaten yang memberikan kontribusi terbesar pada total produksi rumput laut di Provinsi NTT. Ditambah lagi rumput laut Rote Ndao menjadi salah satu rumput laut terbaik dari Indonesia di pasar dunia.
“Nah ini menjadi dasar kami kenapa Rote Ndao dipilih sebagai wilayah yang akan dikembangkan modeling budidaya rumput laut,” ujar Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu dalam siaran resmi di Jakarta, dikutip pada Rabu 4 September 2024.
Potensi lahan yang berpotensi dikembangkan untuk kegiatan budidaya rumput laut di Rote Ndao mencapai seluas 32 ribu hektare.
Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan setempat, baru sekitar 6,9 persen lahan yang termanfaatkan untuk budidaya rumput laut.
“Saya juga mendapat informasi, rumput laut di Rote Ndao menjadi penyokong kehidupan masyarakat. Ada sekitar 4.615 pembudidaya rumput laut di sana. Bahkan masyarakat pesisirnya menganggap budidaya rumput laut sebagai mata pencaharian yang cocok untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ungkap Tebe.
Dirjen Tebe menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo memerintahkan untuk melakukan hilirisasi rumput laut melalui modeling budidaya rumput laut yang ditargetkan di lima wilayah, salah satunya di Rote Ndao di NTT.
“Program modeling budidaya rumput laut di Rote Ndao seluas 50 hektare ini diarahkan pada sistem pengelolaan budidaya rumput laut yang terintegrasi berbasis kawasan dan mengimplementasikan konsep ekonomi biru,” katanya.
“Sehingga akan mampu meningkatkan produksi maupun produktivitas untuk mewujudkan kemandirian dan keberlanjutan usaha budidaya,” tambahnya.
Seperti pada modeling budidaya rumput laut di Wakatobi yang dibangun tahun 2023 lalu, Dirjen Tebe menuturkan bahwa modeling budidaya rumput laut di Rote Ndao juga akan dibangun unit produksi bibit rumput laut (UPBRL) kultur jaringan, kebun starter, kebun bibit rumput laut dan budidaya rumput laut.
“Kami sangat berharap Pemerintah Daerah Rote Ndao dapat mengelola, memanfaatkan dan mengoperasionalkan modeling budidaya rumput laut ini dengan baik dan berkelanjutan. Terutama untuk penyediaan SDM yang bisa menangani produksi bibit rumput laut kultur jaringan di UPBRL nantinya,” tegas Tebe.
Artinya, kata Tebe, dengan UPBRL yang dapat beroperasional dengan baik, maka dapat menghasilkan bibit rumput laut yang berkualitas. Sehingga mampu memenuhi ketersediaan bibit rumput laut bagi pembudidaya di wilayah Rote Ndao.
Sementara Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya, Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok juga yang akan melakukan pembinaan pada modeling budidaya rumput laut di Rote Ndao.
Terutama menyediakan teknologi bagaimana memproduksi planlet bibit rumput laut kultur jaringan kepada SDM yang mumpuni dari Rote Ndao.
Adapun beberapa sifat unggul dari bibit rumput laut kultur jaringan yaitu pertumbuhan yang lebih cepat, tahan terhadap perubahan cuaca dan penyakit.
Penjabat Bupati Rote Ndao, Oder Maks Sombu menyampaikan terima kasih kepada Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, karena Rote Ndao dipilih sebagai salah satu wilayah pembangunan modeling budidaya rumput laut
“Kami siap mendukung dan menjalankan program Kementerian Kelautan dan Perikanan dan yang diamanatkan juga oleh Bapak Presiden Joko Widodo,” kata Maks.
“Kami sudah siapkan SDM untuk dapat memproduksi bibit rumput laut kultur jaringan dalam memenuhi kebutuhan bibit bagi pembudidaya rumput laut di Rote Ndao,” tambahnya. ***
Editorial: C1