BicaraIndonesia.id, Jakarta – Indonesia melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ditunjuk oleh Lembaga Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) untuk menjadi Designated Team Member (DTM) dalam mengambil peran sentral perencanaan implementasi proyek kerja sama teknik terkait pemanfaatan nuklir untuk karakterisasi warisan budaya serta mendukung preservasi benda warisan.
Melalui proyek kerja sama teknik antarnegara di kawasan Asia Pasifik dan Middle East ini, diharapkan Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara anggota lainnya dalam riset terkait arkeologi dengan memanfaatkan teknologi nuklir.
Deputi Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito menyampaikan bahwa Indonesia memiliki kekayaan warisan budaya yang luar biasa dan perlu terus dijaga kelestariannya.
Warisan budaya nasional ini menjadi salah satu aset dalam menjalin kolaborasi dengan praktisi dan ilmuwan global dalam mempelajari berbagai aspek warisan budaya yang dapat memperkaya khasanah peradaban global.
Untuk itulah, diperlukan pengelolaan warisan budaya dengan baik dan menggunakan teknologi yang tepat, salah satunya dapat memanfaatkan teknologi nuklir.
“Kolaborasi riset dan inovasi teknologi nuklir untuk karakterisasi dan preservasi benda warisan budaya perlu untuk terus didorong, dan Indonesia dapat memainkan peran sentral dalam kolaborasi ini dibawah payung kerjasama teknis IAEA, memanfaatkan teknologi nuklir yang telah dikuasai oleh ilmuwan Indonesia serta mengangkat berbagai riset warisan budaya nasional yang dapat dijadikan contoh bagi negara anggota lain,“ kata Mego dalam siaran persnya di Jakarta dikutip pada Rabu 21 Agustus 2024.
“Pengalaman riset arkeologi Indonesia yang telah berhasil mendukung upaya preservasi berbagai peninggalan warisan budaya nasional ini menjadi aset penting untuk mendorong kepemimpinan Indonesia dalam kolaborasi ke depan bersama banyak negara dibawah kerangka kerjasama teknis IAEA,“ imbuhnya.
Pertemuan Regional Coordination Meeting (RCM) bertajuk “Improving The Utilization of Nuclear Technique for Cultural Heritage Characterization, Consolidation, and Preservation” yang diselenggarakan pada 19-23 Agustus 2024 ini, melibatkan 19 negara anggota IAEA yang berpartisipasi dalam proyek kerja sama tersebut.
Proyek itu akan membahas implementasi proyek kerjasama teknis RAS1027 di seluruh negara anggota.
Selain itu, pertemuan ini diharapkan mampu membentuk jejaring kolaborasi riset dan inovasi dalam pemanfaatan teknik nuklir untuk karakterisasi warisan budaya. Juga mendukung preservasi benda warisan budaya, serta mendukung kerjasama saintis dan praktisi arkeologi dalam memanfaatkan teknik ini.
Di dalam implementasi proyek kerja sama ini, IAEA akan memberikan asistensi kepada negara anggota dalam pengembangan kapasitas dan penguasaan teknologi nuklir yang dapat dimanfaatkan dalam lingkup preservasi benda warisan budaya.
Indonesia menjadi DTM untuk proyek kerjasama teknis RAS1027 ini dan diminta oleh negara anggota lainnya memimpin penyiapan kerangka kerjasama lanjutan untuk siklus tahun 2026-2027.
Kepala Pusat Arkeometri BRIN Sofwan Noerwidi mengatakan, BRIN sebagai koordinator pelaksanaan proyek di Indonesia menggandeng berbagai pemangku kepentingan pelindungan warisan budaya nasional. Kolaborasi itu untuk mensinergikan pemanfaatan teknik nuklir dalam mendukung upaya pemangku kepentingan melakukan pelindungan berbagai benda warisan budaya nasional.
Beberapa kolaborasi yang telah dilakukan di antaranya melibatkan Balai Arkeologi di Bali untuk riset penanggalan karbon benda-benda peninggalan budaya dan bersama Taman Mini Indonesia Indah untuk potensi kolaborasi riset.
Sofwan juga menjelaskan, proyek ini juga membantu kegiatan eksplorasi dan ekskavasi berbagai benda purbakala di wilayah Nusa Tenggara dan Bali. Lalu, karakterisasi benda purbakala di wilayah Sumatera, Jawa, Papua Barat dan Sulawesi, serta upaya preservasi manuskrip kuno pada beberapa museum nasional.
“Ke depan Indonesia juga mentargetkan pemanfaatan teknik nuklir dapat membantu preservasi dan karakterisasi artefak kayu serta identifikasi fosil manusia purba,” pungkasnya. ***
Editorial: C1